Senin, 21 Mei 2012

Sejarah Kimono Jepang


     Kimono (着物?) adalah pakaian tradisional Jepang yang dikenakan oleh pria, wanita dan anak-anak. Kata "Kimono", yang Arti harfiah kimono adalah baju atau sesuatu yang dikenakan (ki berarti pakai, dan mono berarti barang). Telah datang untuk menunjukkan jubah panjang penuh ini. Kata standar kimono dalam bahasa Inggris adalah kimono, tetapi jamak yang ditandai kimono Jepang juga kadang-kadang digunakan.
     Kimono berbentuk seperti huruf T, jubah yang dipakai terusan sehingga jatuh ke ujung pergelangan kaki, dengan kerah yang terpasang, dan berlengan panjang. Kimono yang selalu dililitkan dengan tubuh  sisi kiri atas kanan (kecuali saat berpakaian orang meninggal untuk penguburan), dan dijamin dengan sabuk kain yang disebut obi sesuatu yang diikat di punggung belakang. Umumnya kimono dikenakan dengan alas kaki tradisional (terutama  Zōri atau geta) dan membagi kaus kaki (tabi).
     Hari ini, kimono paling sering dipakai oleh perempuan, dan pada kesempatan istimewa. Tradisional, wanita yang belum menikah mengenakan sejenis kimono yang disebut furisode, dengan lengan yang lebarnya menyentuh lantai pada kesempatan istimewa. Seorang wanita dan laki-laki lebih tua sedikit bahkan setiap hari lebih dikit tidak lagi memakai kimono. Pria mengenakan kimono pada pesta pernikahan, upacara minum tehdan acara formal lainnya. Ketika tampil diluar arena pesumo professional diharuskan mengenakan kimono karena mereka wajib mengenakan pakaian tradisional jepang setiap tampil di depan umum.
     Kimono memiliki nama lain, gofuku gofuku (呉服?, literally "clothes of Wu ()"), kimono yang awalnya sangat dipengaruhi oleh pakaian tradisional Han Cina sekarang dikenal dengan Hanfu (, kanfu? Dalam bahasa Jepang), melalui kedutaan Jepang ke China mengakibatkan meluasnya adopsi budaya Cina oleh Jepang, pada abad awal ke 5 pusat CE.

      Seperti kimono memiliki nama lain, gofuku ( , harfiah? "Pakaian dari Wu ()"), yang kimono awal sangat dipengaruhi oleh pakaian Han tradisional Cina, yang sekarang dikenal sebagai Hanfu ( , kanfuku? Dalam bahasa Jepang), melaluiJepang kedutaan besar ke China yang mengakibatkan luas adopsi budaya Cina oleh Jepang, pada awal abad ke CE 5 [5] Ia selama abad ke-8, bagaimanapun, bahwa mode China datang ke dalam gaya antara Jepang, dan tumpang tindih menjadi sangat kerah. . fashion wanita [5] Selama periode Heian Jepang (794-1192 M), kimono menjadi semakin bergaya, meskipun kita masih memakai setengah-celemek, yang disebut mo, lebih dari itu [5] Selama era Muromachi (1392 -. 1573 M), yang Kosode, kimono tunggal sebelumnya dianggap pakaian, mulai dikenakan tanpa hakama (celana, rok terpisah) di atasnya, dan dengan demikian mulai diselenggarakan ditutup oleh obi "sabuk" [5]. Selama Edo periode (1603-1867 M), lengan mulai tumbuh panjang, khususnya di kalangan perempuan yang belum menikah, dan Obi menjadi lebih luas, dengan berbagai gaya mengikat masuk ke mode [5] Sejak itu., bentuk dasar dari kedua laki-laki dan kimono perempuan telah dasarnya tetap tidak berubah. Kimono dibuat dengan keterampilan yang luar biasa dari bahan halus telah dianggap sebagai karya seni besar. [5]
Kimono formal digantikan oleh pakaian Barat lebih nyaman dan Yukata sebagai pakaian sehari-hari. Setelah dekrit oleh Kaisar Meiji, [7] polisi, kereta api pria dan guru pindah ke pakaian Barat. Pakaian Barat menjadi tentara dan seragam sekolah untuk anak laki-laki. Setelah gempa Kanto 1923 Besar, pemakai kimono sering menjadi korban perampokan karena mereka tidak bisa berlari sangat cepat karena sifat membatasi dari kimono pada tubuh dan sandal geta. Tokyo Wanita & Produsen Children Wear 'Association (
东京 妇人 组合) dipromosikan pakaian Barat. Antara 1920 dan 1930 pakaian pelaut menggantikan hakama terbagi dalam seragam sekolah untuk anak perempuan. Api 1932 di Shirokiya Nihonbashi toko dikatakan telah katalis untuk penurunan kimono sebagai pakaian sehari-hari. Kimono-berpakaian wanita Jepang tidak mengenakan celana dan beberapa wanita menolak untuk melompat ke jaring pengaman karena mereka malu karena dilihat dari bawah. (Hal ini, bagaimanapun, menyarankan, bahwa ini adalah sebuah mitos perkotaan.) [8] [9] seragam nasional, Kokumin-Fuku (国民 ), jenis pakaian Barat, diberi mandat untuk laki-laki pada tahun 1940. [10] [11] [12] Hari ini kebanyakan orang memakai pakaian Barat dan memakai yukata breezier dan lebih nyaman untuk acara-acara khusus.
       Kimono berkisar dari sangat formal untuk santai. Tingkat formalitas kimono perempuan sebagian besar ditentukan oleh pola kain, dan warna. Kimono wanita muda memiliki lengan lebih panjang, menandakan bahwa mereka tidak menikah, dancenderung lebih rumit daripada kimono wanita yang lebih tua jugaresmi itu [5]. Kimono Pria biasanya satu bentuk dasar danterutama dikenakan dalam warna tenang. Formalitas juga ditentukan oleh jenis dan warna aksesoris, kain, dan jumlah atau tidak adanya kamon (puncak keluarga), dengan lima puncak-puncak menandakan formalitas yang ekstrim [5]. Sutra adalah kain yang paling diinginkan, dan paling formal,. Kimono yang terbuat dari kain seperti katun dan polyester umumnya mencerminkan gaya yang lebih kasual. Dikatakan bahwa alasanini lengan panjang adalah ketika diakui oleh manusia, dalam halmenjawab "Ya," dia gelombang lengan bolak-balik, tetapi untuk"tidak" kiri ke kanan.
sebagai pembeda dari pakaian Barat (yōfuku) yang dikenal sejak zaman Meiji, orang Jepang menyebut pakaian tradisional Jepang sebagai wafuku (和服?, pakaian Jepang). Sebelum dikenalnya pakaian Barat, semua pakaian yang dipakai orang Jepang disebut kimono. Sebutan lain untuk kimono adalah gofuku (呉服?). Istilah gofuku mulanya dipakai untuk menyebut pakaian orang negara Dong Wu (bahasa Jepang : negara Go) yang tiba di Jepang dari daratan Cina. Kimono sekarang ini lebih sering dikenakan wanita pada kesempatan istimewa. Wanita yang belum menikah mengenakan sejenis kimono yang disebut furisode.[1] Ciri khas furisode adalah lengan yang lebarnya hampir menyentuh lantai. Perempuan yang genap berusia 20 tahun mengenakan furisode untuk menghadiri seijin shiki. Pria mengenakan kimono pada pestapernikahan, upacara minum teh, dan acara formal lainnya. Ketika tampil di luar arena sumo, pesumo profesional diharuskan mengenakan kimono.[2] Anak-anak mengenakan kimono ketika menghadiri perayaan Shichi-Go-San. Selain itu, kimono dikenakan pekerja bidang industri jasa dan pariwisata, pelayan wanita rumah makan tradisional (ryōtei) dan pegawai penginapan tradisional (ryokan).

Frase

Frase adalah satuan gramatikal yang merupakan kesatuan linguistik dan tidak melebihi batas fungsi atau jabatan kalimat (S, P, O, Pel., dan K).
Contoh :
Berdasankan unsur intinya, frase dibedakan menjadi :
a. Frase Endosentris
1) Frase endosentris koondinatif, yaitu frase yang unsur ­unsurnya setara atau sederajat.
Contoh : Ayah dan ibu sedang pergi.
2) Frase endosentris atributif, yaitu frase yang mempunyai unsur pusat dan unsur atribut.
Contoh : Sepatu saya hilang.
3) Frase endosentris apositif, yaitu frase yang memiliki unsur pusat dan unsur aposisi.
Contoh : Sarijah anak Pak Lurah cantik sekali.
b. Frase eksosentris, yaitu fase yang tidak memiliki unsur pusat.
Contoh : Anak-anak itu sedang bermain di halaman.
Selain itu, frase dapat pula diperluas dengan kata ‘yang’. Frase seperti ini akan membentuk klausa.
Contoh : Buku yang tebal itu kepunyaanku.
Selain jenis frase di atas, dikenal pula frase ambigu dan frase atributif berimbuhan. Frase ambigu adalah frase yang bermakna ganda atau memiliki makna lebih dari satu.
Contoh : kambing hitam, orang tua, meja hijau.
Frase atributif berimbuhan adalah frase yang unsur perluasannya berimbuhan.
Contoh : Adik tidak berani berjalan melalui tangga berjalan.

Makalah Mengenai Novel Pssst... Ada Apa Di Atas Bukit

KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas karunia – Nyalah tugas makalah Bahasa Indonesia ini dapat di selesaikan.

makalah ini juga berisi penjelasan mengenai unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik pada novel yang berjudul Pssst... Ada Apa Di Atas Bukit, agar lebih mudah untuk dipahami. Di harapkan makalah ini dapat memberikan penjelasan yang dapat di pahami dan diterima oleh pembaca, makalah ini juga di susun untuk melengkapi tugas yang di berikan oleh Dosen pembimbing.

Kami menyadari bahwa dalam penyajian makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh Karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak, terutama Dosen pembimbing Bahasa Indonesia.

Akhirnya kami ucapkan terima kasih pada Dosen pembimbing Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas individu tentang menganalisis novel ini yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca untuk memahami bagaimana unsur-unsur yang terkandung di dalam Bahasa Indonesia.


                                                                                                Bekasi,    Januari 2010


                                                                                                            Penulis



 





DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB   I                    PENDAHULUAN


       1.1   Latar Belakang Masalah
       1.2   Rumusan Masalah
       1.3   Tujuan Masalah


BAB    II                    PEMBAHASAN
  

       2.1   UNSUR INSTRINSIK
                2.1.1   Tema
                2.1.2   Penokohan
                2.1.3   Alur











































BAB I
PENDAHULUAN


1.1   Latar Belakang Masalah
        Novel merupakan cerita prosa yang memiliki rangkaian peristiwa yang panjang. Karena panjang dan tokohnya lebih dari satu, pemikiran-pemikiran dalam novel lebih kompleks sehingga dalam perjalanan nasibnya sang tokoh mengalami perubahan.
           Mendengarkan cerita kadang-kadang dapat dilakukan sambil mengerjakan sesuatu. Namun, jika mendengarkan cerita tersebut untuk kemudian di lakukan pengkajian, maka di perlukan kosentrasi agar segala peristiwa yang terdapat pada cerita tersebut dapat di pahami maksudnya.
            Pada saat menyimak cerita untuk menemukan unsur-unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik di perlukan kosentrasi. Tinggalkan semua perangkat atau alat yang dapat mengganggu kelancaran menyimak. Selain itu, mengenali kata, ungkapan, atau gaya bahasa yang digunakan pengarang sangat penting untuk mengungkap makna yang ingin disampaikan pengarang. Maka, dalam novel Pssst... Ada Apa Di Atas Bukit harus kita pahami unsur-unsur yang terkandung di dalamnya.


1.2    Rumusan Masalah
         Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan beberapa masalah yaitu:
Ø  Unsur Intrinsik: Tema, Penokohan, Alur, Latar, Sudut Pandang, Gaya Bahasa, dan
                                 Amanat.
Ø  Unsur Ekstrinsik: Biografi Penulis dan Nilai-Nilai yang Terkandung Dalam
                                   Novel.



1.3   Tujuan Penulisan
           Adapun tujuan penulisan menganalisis novel yaitu agar pembaca dapat mengetahui unsur-unsur yang terkandung dalam novel tersebut.




1.4    Metode Penulisan
         Metode yang saya gunakan dalam makalah ini adalah studi pustaka dengan referensi dari novel yang berjudul Pssst... Ada Apa Di Atas Bukit.








BAB  II
PEMBAHASAN


2.1   UNSUR INTRINSIK
        Unsur intrinsik merupakan unsur-unsur yang terdapat di dalam cerita atau bagian isi cerita dari karya sastra itu sendiri.
 
         2.1.1    TEMA
                         Tema merupakan gagasan pikiran pengarang atau inti cerita. Tema dari  
                          Novel Psst... Ada Apa Di Atas Bukit adalah persahabatan antara anak
                          kota yang bernama Bintang dengan anak desa yaitu Nursalam, Totok,
                          Andik dan Bagus yang berpetualangan di atas bukit. Hal ini terdapat
                          dalam kutipan dialog sebagai berikut: “Aku penasaran sekali dengan
                          cerita tentang bukit itu. Boleh kan aku bergabung dengan kelompok
                          detektif kalian?” ( Hal. 42 )

           2.1.2    PENOKOHAN
                                Penokohan merupakan penggambaran watak atau karakter dari
                            pemain.
a.       Mama Bintang : Penyabar, lucu, penyayang
      Dalam novel yang berjudul Pssst... Ada Apa Di Atas Bukit, Mama Bintang mempunyai sifat yang penyabar. Hal ini terdapat dalam kutipan dialog sebagai berikut: ”Lho, kamu kan baru saja sampai di sini. Besok kalau kamu sekolah, pasti akan ketemu teman-teman baru. Ayolah, masa anak yang besok masuk kelas 6 SD masih merajuk seperti itu sih?” Mama tersenyum melihat kegelisahan Bintang. ( Hal. 7 )
Lalu Mama Bintang mempunyai sifat  lucu. Hal ini terdapat dalam kutipan dialog sebagai berikut: ”Lho kok Bintang begitu? Anak kampung dengan anak kota apa bedanya? Memangnya kalau habis main bola, wangi anak kota seperti parfum?” goda Mama. ( Hal. 16)
Mama Bintang juga mempunyai sifat yang penyayang. Hal ini terdapat dalam kutipan dialog sebagai berikut: ”Bagaimana, kamarmu masih terlihat sama kan?” tanya Mama mengiringi Bintang memasuki kamarnya.( Hal. 5 )


b.      Papa Bintang ( Pak Yahya ) : Pencemas
      Dalam novel Pssst... Ada Apa Di Atas Bukit, Papa Bintang mempunyai sifat yang cemas, Hal ini terdapat dalam kutipan dialog sebagai berikut: ”Kalau begitu, Bintang di mana, Nur?” tanya papa Bintang khawatir. ( Hal. 199 )


c.       Bintang : Egois dan berani.
                                        Dalam novel yang berjudul Pssst... Ada Apa Di Atas Bukit,                                  
                                  Bintang mempunyai sifat yang egois, hal ini terdapat dalam kutipan
                                  dialog sebagai berikut: “Di sini juga sepi. Nggak ada hiburan
                                  seperti di Jakarta!” Bintang cemberut. Matanya menatap ke luar
                                  jendela. ( Hal. 7 )
                                  Bintang mempunyai sifat yang berani, hal ini
                                  terdapat dalam kutipan sebagai berikut: Di balik rimbunnya semak
                                  yang merupakan jalan masuk ke gua, Bintang mematikan senternya.
                                  Gelap pun dengan segera menyelimuti sekelilingnya. Awalnya
                                  Bintang merasa takut dengan gelap, apalagi dia sendirian kali ini.
                                  Namun begitu teringat Totok, dia segera memberanikan diri lagi.
                                   ( Hal. 222 )


d.      Nursalam : Bertanggung jawab dan pintar.
      Dalam novel yang berjudul Pssst... Ada Apa Di Atas Bukit, Nursalam mempunyai sifat yang bertanggung jawab dan pintar. Hal ini terdapat kutipan sebagai berikut: Ibu Bagus memang selalu khawatir jika Bagus pergi keluar rumah. Ia lebih suka melihat Bagus belajar atau membaca buku di rumah. Tapi kalau Bagus pergi bersama Nursalam, entah mengapa, hatinya sedikit lebih tenang. Mungkin karena dia tahu kalau Nursalam anak yang bisa dipercaya dan tanggung jawab. ( Hal. 72 )



e.       Totok : Pintar menirukan suara hewan, berani, penyayang,
                   dan rakus.
       Dalam novel yang berjudul Pssst… Ada Apa Di Atas Bukit, Totok mempunyai sifat yang pintar dapat menirukan suara hewan. Hal ini terdapat dalam kutipan dialog sebagai berikut: “Aku pintar menirukan suara hewan, lho. Seperti suara burung, anjing, kucing, burung hantu, singa, pokoknya mah banyak lah.” ( Hal. 21 )
Totok mempunyai sifat yang berani, terdapat dalam kutipan dialog sebagai berikut: “Anak laki-laki kan tidak boleh penakut,” kata Bapak suatu kali kepada Totok dan tiga adik-adiknya yang kesemuanya laki-laki. Kalau sudah mengingat nasihat Bapak, Totok pasti lebih berani. (Hal. 28 )
Totok mempunyai sifat yang penyayang, hal ini terdapat kutipan sebagai berikut: Totok memang sangat menyayangiemaknya. Bagi Totok, emaknya adalah ibu yang paling baik sedunia, yang selalu menyediakan makanan-makanan enak untuknya dan adiknya. Kalau Emak sakit, Totok jadi sedih. (Hal. 30 )
Totok mempunyai sifat yang rakus, hal ini terdapat kutipan dialog sebagai berikut: “Dan banyak makanan!” timpal Totok. ( Hal. 63 )



f.       Andik : Pintar berlari cepat.
      Dalam novel yang berjudul Pssst… Ada Apa Di Atas Bukit,
Andik mempunyai sifat yang pintar berlari cepat. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut: “Eh, Bintang, biarpun kecil-kecil begini, lariku cepat, loh! Aku selalu menang kalau balap lumpat.” Andik menepuk dada bangga. (Hal. 22 )


g.      Bagus : Teliti dan pintar
      Dalam novel yang berjudul Pssst… Ada Apa Di Atas Bukit,
Bagus mempunyai sifat yang teliti dan pintar. Hal ini terdapat dalam kutipan dialog sebagai berikut: “Oh, ya! Jangan lupa gali parit di sekitar tenda, ya! Kalau nanti malam hujan, parit tersebut bisa mengalirkan air dan tak membuat tenda kita kebanjiran,” Bagus mengingatkan teman-temannya. ( Hal. 75-76 )


h.      Adam : Sombong dan manja.
      Dalam novel yang berjudul Pssst… Ada Apa Di Atas Bukit,
Adam mempunyai sifat yang teliti dan pintar. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut: Adam adalah anak Pak Brewok, pemilik peternakan sapi perah di desa ini. Adam itu anak yang sombong dan manja. ( Hal. 33 )


i.        Bang Tompel : Kejam.
      Dalam novel yang berjudul Pssst… Ada Apa Di Atas Bukit,
Bang Tompel mempunyai sifat kejam. Hal ini terdapat dalam kutipan dialog sebagai berikut: “Ton, kau kejar mereka. Biar aku saja yang jaga anak sialan ini!” seru Bang Tompel dengan gusar.
( Hal. 188 )

j.        Anton : Pencemas
      Dalam novel yang berjudul Pssst… Ada Apa Di Atas Bukit,
Anton mempunyai sifat pencemas. Hal ini terdapat dalam kutipan dialog sebagai berikut: “Apa kita tidak akan menunggu si Tulang dulu, Bang?” tanya Anton, temannya yang sedari tadi hilir mudik terus di dalam gua. Dia pasti kebingungan karena rencana kita sudah dikacaukan oleh anak-anak ini. (Hal. 212 )




          2.1.3    ALUR
                                Alur merupakan jalan cerita atau jalinan peristiwa dalam cerita.
                          Jalan cerita yang terdapat dalam novel Pssst... Ada Apa Di Atas Bukit,
                          adalah alur maju dari awal ceritanya sampai akhir. Hal ini terdapat
                          dalam kutipan sebagai berikut: Diatas bukit, mereka pun mulai
                          melakukan penelitian, siapa tahu menemukan sesuatu yang
                          mencurigakan. Sudah hampir satu jam kegiatan itu mereka lakukan,
                          namun belum membuahkan hasil yang menggembirakan.( Hal. 117-248 )
                         


           2.1.4    LATAR
                               Latar ( setting ) adalah mengacu pada tempat, waktu, suasana dan
                            lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa.
                            Latar yang terdapat dalam novel yang berjudul Pssst... Ada Apa Di Atas
                            bukit adalah di rumah Bintang yang menjadi tempat markas grup
                            detektif cilik, hal ini terdapat dalam kutipan dialog sebagai berikut:
                            “Eh Bin, bagaimana kalau rumahmu kita jadikan markas kelompok
                            detektif kita? (Hal. 62 ).
                             Di sekolah, hari pertama Bintang masuk sekolah. ( Hal. 40 )
                             Di surau, tempat mengajinya teman-teman Bintang hal ini terdapat
                             dalam kutipan dialog sebagai berikut: ”Kamu mau ikut surau, Bin?”
                              tanya Nursalam. ”Sebentar lagi kita harus mengaji.”. ( Hal. 26 )
                             Di atas bukit, tempat menyelidiki bukit tersebut bersama
                             teman-temannya, hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut:
                            Tak berapa lama kemudian, mereka telah tiba di atas bukit di desa
                             Katapang. ( Hal. 74 )
                             Di gua itu adalah tempat sumur,  hal ini terdapat dalam kutipan sebagai
                             berikut: ”Benar! Sepertinya sih yang dimaksud dengan gua itu adalah
                             sumur ini!” ujar Bintang. ( Hal.131)
                            Waktu pagi, hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut: Matahari
                             pagi mulai bersinar. Tampak semua anak-anak telah bersiap
                             membereskan tenda yang semalam mereka dirikan. Setelah mencuci
                             muka di mata air yang mereka temukan, mereka siap-siap untuk
                             memulai penyelidikan. Pukul delapan lebih mereka telah beres
                             merapikan area tempat mereka berkemah. ( Hal. 126-127 )
                             Waktu siang, hal ini terdapat dalam kutipan dialog sebagai berikut :
                              ”Sudahlah. Yang terpenting sekarang ini menemukan Bintang dan
                              Nursalam. Lihat, sekarang sudah jam dua belas siang. Hari ini hari
                              Minggu dan besok kita sudah masuk sekolah. Seandainya nanti jam
                              tiga sore Bintang dan Nursalam belum berkumpul di tempat ini, apa
                              yang harus kita lakukan?” Wajah Bagus terlihat kuatir. (Hal. 170-171 )
                              Waktu sore, hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut: Sore
                               harinya, Bintang sudah mandi dan asyik bermain play station di
                               kamarnya. ( Hal. 18 )
                              Waktu malam, hal ini terdapat dalam kutipan dialog sebagai berikut :
                              “Sudah hampir jam sembilan malam, sepertinya nggak ada sesuatu pun
                               yang terjadi,” ujar Bintang bosan menunggu. ( Hal. 78 )
                               Suasana menegangkan,  hal ini terdapat dalam kutipan dialog sebagai
                               berikut: “Sstt…Bin, aku mendengar bunyi langkah mendekat,” tiba-
                               tiba Nursalam berbisik cepat. Hal itu membuat bintang membuang
                               lamunannya dan beringsut pelan ke belakang, lalu berjongkok di balik
                               tembok batu di dekat dinding gua. (Hal. 144-145 )
                              


           2.1.5   SUDUT PANDANG
                                  Sudut pandang adalah keberadaan pengarang dalam sebuah cerita.
                          Sudut pandang yang terdapat dalam novel yang berjudul Pssst… Ada
                          Apa Di Atas Bukit adalah pengarang bertindak sebagai tokoh utama
                          menggunakan gaya “Aku”. Hal ini terdapat dala kutipan dialog sebagai
                          berikut: “Aku akan menemani Nursalam. Aku pun belum ngantuk,”
                          Bintang bersuara. ( Hal. 80 )



            2.1.6   GAYA BAHASA
                                    Gaya bahasa adalah gaya penceritaan pengarang.
                            Gaya bahasa yang terdapat dalam novel yang berjudul Pssst… Ada Apa
                            Di Atas Bukit adalah
-          Majas Personifikasi
      Merupakan jenis majas yang melekatkan sifat-sifat insani kepada barang yang tidak bernyawa dan idea yang abstrak. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut:
Di dalam ruangan tersebut terlihat tumpukan-tumpukan barang yang diselimuti terpal. ( Hal. 139 )

                     

             2.1.5    AMANAT
                                       Amanat merupakan pesan yang ingin di sampaikan pengarang
                              kepada pembaca.
                              Amanat yang terdapat dalam novel yang berjudul Pssst… Ada Apa Di
                              Atas Bukit antara lain:
1.      Janganlah bohong terhadap orang tua, ketika kita hendak pergi keluar rumah.
2.      Memilih teman jangan di lihat dari perbedaan status sosial saja.




2.2   UNSUR EKSTRINSIK
            Merupakan unsur-unsur yang terdapat di luar isi cerita atau unsur-unsur yang mendukung penciptaan suatu karya sastra.


          2.2.1      BIOGRAFI PENGARANG
                            Iw0k Abqary, lahir di Tasikmalaya, 28 Desember. Pada tahun
                 1994, alumni Universitas Padjadjaran. Selain novel ini, buku
                 petualangan lain yang di tulis oleh pria asal Tasikmalaya ini adalah
                 Sandal Jepit Beda Warna, Misteri Hilangnya Penulis Terkenal ( ditulis
                 bareng Dewi Cendika ), dan Misteri Lemari Terkunci. Selain itu, Iw0k
                 juga sudah menerbitkan buku anak lainnya seperti Sepeda Ontel
                 Kinanti, Maria Al-Qibtiyah- Bunda yang Santun, Usmah bin Zaid-
                 Panglima Kecintaan Rasul, 99 Kisah Menakjubkan dalam Al-Qur’an,
                dan lain-lain. Coretan tentang keseharian bisa dibaca di
                 http://iw0k.multliply.com atau http://iw0k.blogspot.com.
                          Dewi Cendika, lahir tanggal 31 Agustus. Senang menulis sejak
                masih duduk di Sekolah Dasar sampai sekarang. Sampai sekarang,
                buku-buku yang sudah diterbitkan Kak Ichen antara lain:  Misteri
                Hilangnya Penulis Terkenal ( duet bareng Iw0k Abqary), Rajawali
                Cilik, 2008. Tiga Serial Polly ( Undangan Puteri Greta, Polly dan Betsy
                Bertukar tempat, Menjaga Sapu Terbang ), Rajawali Cilik, 2008. Serial
                Aku Ingin Menjadi ( Dokter, Pilot, Guru, Polisi ), Penerbit Rajawali
                Cilik, Tahun 2008. The beautiful Story for Kids: Aisyah, Mizan, 2009.
                Serial Survival for Kids ( 16 judul), Bumi Aksara, 2009. Stories of The
                Brave, Shalahuddin Al-Ayyubi, Mizan, 2009, Aliska dan Serbuk Ajaib,
                Dar! Mizan, 2009. Selain itu, sudah lebih dari empat puluh cerita anak
                sudah dimuat di beberapa majalah anak, seperti Bravo, Mombi, Bobo,
                dan Girls. Salah satu bukunya berjudul Ria Penulis Cilik mendapat
                penghargaan dari Islamic Book Fair Award 2008 sebagai buku fiksi
                anak terbaik.
                            Ryu Tri, lahir di Jakarta 14 Oktober 1981. Lulusan Politeknik
                LP3I Bandung ini sudah menyukai dunia tulis-menulis sejak duduk di
                bangku SMP. Ia ikut serta dalam penulisan buku Ortu, Kenapa Sih?
                (2006) dan menerbitkan bukunya sendiri EO, for Teens (2007), dan
                Princess-Kisah dari Istana 1001 Malam (2009). Beberapa buku dongeng
                balita tulisannya pun sudah beredar. Segala keluh kesah, kegundahan,
                bahkan kegilaannya dituliskan di ‘rumah’ keduanya
                http://tmnbaru.blogspot.com.
                                          Indah Yuli, bercita-cita suatu saat memiliki buku cerita anak
                            yang bertulis sendiri, sebagai bacaan dua putri tercintanya. Menumpang
                            lahir di Medan, istri dari Usmar Kurniawan ini adalah lulusan jurusan
                            Jurnalistik IISIP Jakarta. Masih terdaftar sebagai karyawan di salah satu
                            stasiun televisi swasta, perempuan yang selalu gagal berdiet ini sering
                            menulis tingkah polah dua putrinya di http://lilylankayla.blogspot.com,
                            http://indahjuli.multiply.com. Dia dapat dihubungi melalui
                            indahiwan@yahoo.com. Buku yang sudah diterbitkannya antara lain
                            Khalid bin Walid- Panglima Perang Termasyur, dan Khadijah- Bunda
                            Orang-Orang Beriman.
                                           Ririn Setyowati bekerja sebagai sekretaris Kantor Kerjasama
                            Bisnis-Industri Universitas Surabaya. Ketertarikannya dalam dunia
                            menulis ia sadari ketika ia masuk dunia kerja. Selain hobi menulis puisi,
                            cerpen, novel, renungan/refleksi diri, dan cerita anak, ia juga rajin
                            menulis diari. Semuanya dapat dibaca di blognya http://ririn-coratcoret.
                            Blogspot.com. Dia bisa dihubungi di email: ritesnts@yahooo.com atau
                            ritesnts@gmail.com.
                                           Dewi Rieka Kustiantari. Ia bisa disapa Dedew. Perempuan
                            Sunda-Bugis Enrekang ini suka sekali menulis disela kegiatan mengejar
                            si kecil, yang baru bisa berjalan, hehe. Bukunya antara lain Anak Kos
                            Dodol The Series (Gradien Mediatama, 2009), Melacak Penulis
                            Misterius, Dar! Mizan (Juli, 2009), Puspa dan Satwa dalam Al Quran,
                            Dar! Mizan (Juni, 2009). Ia pernah meraih juara tiga Lomba Cerpen
                            Misteri Bobo baxo Ungaran bersama suaminya, Bagus Priyanbada, dan
                             putri kecil mereka, Nailah Aieola Nabihah. Intip tulisan Dedew di blog 
                            http://dedew8o.multiply.com.











           
 2.2.2      NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM NOVEL
v Nilai Agama
       “Udah sore yeuh, kita pulang dulu yuk,” kata totok sambil bangkit dari duduknya. Yang lain mengangguk dan ikut berdiri. Hari sudah menjelang Magrib. Mereka harus segera bersiap-siap pergi ke surau untuk mengaji. ( Hal. 26 )
v  Nilai Kultural
      Merupakan nilai yang memberikan dan melestarikan budaya dan peradaban mayarakat, sehingga pembaca dapat mengetahui kebudayaan masyarakat lain daerah. Ada pun kutipan sebagai berikut:
“Horeeeee!! Bagus mah memang detektif yang dapat diandalkan euy,” (Hal. 125 )


















BAB  III
PENUTUP


3.1   KESIMPULAN
        Novel ini merupakan bacaan ringan yang menghibur dan novel hiburan ini jauh lebih banyak ditulis dan diterbitkan serta lebih banyak dibaca orang sebagai pembaca untuk jenis novel hiburan ini jumlahnya amat banyak karena sifatnya yang personal dan isinya hanya kenyataan semua dan gambaran fantasi pengarang saja.
            Sebuah novel petualangan yang mengundang rasa penasaran antara yang kocak, cerdik, seru, dan penuh ketegangan. Novel ini mempunyai nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.   
         Ada anak kota, yang baru pindah dari Jakarta ke Bandung yang bernama                          Bintang. Karena ayah Bintang mendapat promosi menjadi kepala di salah satu cabang bank tempatnya bekerja dua bulan yang lalu. Suasana desa yang membosankan dan anak-anak kampung yang norak membuatnya ingin kembali ke Jakarta. Namun, begitu mendengar ada sebuah misteri di atas bukit, kekesalan Bintang teralihkan. Lalu Bintang,
bergabung bersama keempat temannya yang tergabung dalam grup detektif cilik. Ia mencoba menyelidiki misteri tersebut. Walaupun,  Suatu ketika ada dua orang yang berani naik ke atas bukit itu, padahal orang-orang desa mengecap bukit tersebut angker dan berhantu. Ternyata dugaan grup detektif itu benar, ada seseorang yang menyembunyikan barang seludupan ganja yang di taruh di atas bukit tersebut. Perlahan-lahan rahasia terkuak oleh kelima detektif, para buronan tersebut akhirnya di serahkan pada pihak yang berwajib.
             Dalam novel ini, juga terdapat pesan-pesan moral yang dapat kita ambil. Novel ini juga sangat bermanfaat khususnya bagi anak-anak. Tapi karya-karya yang teladan ini patut kita contoh, serta membawakan tujuan pentingnya. Bintang yang amat berani dalam bahaya menangkap buronan ganja yang berada di atas bukit.





3.2   SARAN
         Adapun saran yang ingin kami anjurkan adalah sebagai berikut :
1.      Sebaiknya bagi para pengarang novel Pssst... Ada Apa Di Atas Bukit, harusnya Biografi Pengarang lebih lengkap lagi. Karena tidak terdapat tempat tanggal lahir pengarang tersebut.
2.      Cover depan pada novel, kurang bagus warnanya harus lebih cerah. Agar terlihat lebih menarik, sehingga para pembaca pun akan berminat.
3.      Novel ini bisa dijadikan teladan atau contoh untuk anak-anak.