Minggu, 08 Januari 2012

Analisa Psikologi Perkembangan

Penerapan cooperative learning dengan metode mind mapping sebagai
upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI pada pelajaran
sejarah di SMA Negeri 1 Sumenep tahun 2008/2009 / Nuurul Hidayati
Agustin
ABSTRAK
Hidayati A., Nuurul. 2008. Penerapan Cooperative Learning dengan Metode

Mind Mapping sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa kelas XI pada

Pelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Sumenep. Skripsi, Jurusan Sejarah FS

Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Drs. Dewa Agung Gede Agung,

M.Hum, (II) Drs. Marsudi, M.Hum.

Kata kunci: Cooperative learning, Mind mapping, Hasil belajar siswa.

Berdasarkan observasi awal melalui guru dan beberapa siswa kelas XI-IPA

2 di SMA Negeri 1 Sumenep, kondisi pembelajaran Sejarah yang dilakukan di

kelas dapat dikatakan cukup baik walaupun sering menggunakan metode ceramah.

Permasalahan pembelajaran yang dihadapi baik oleh guru maupun siswa adalah

hasil belajar yang kurang memuaskan dikarenakan siswa kesulitan mengkonstruk

ide-idenya sendiri dalam mengingat materi yang diberikan oleh guru dan juga

hubungan antar siswa yang terkesan individual sehingga berdampak pada kurang

optimalnya hasil belajar siswa. Permasalahan tersebut memotivasi guru untuk

mengembangkan pembelajaran yang digunakan, selain menggunakan metode

ceramah juga menggunakan metode diskusi dengan pemberian tugas membuat

makalah secara berkelompok kemudian dipersentasikan. Namun pengembangan

pembelajaran yang diterapkan guru belum memuaskan karena nilai rata-rata siswa

kelas XI IPA-2 tahun ajaran 2008/2009 adalah 61,68 dan metode diskusi yang

diterapkan kurang memperlihatkan kerjasama kelompok dan cenderung

didominasi oleh beberapa orang saja. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka

diterapkan Cooperative Learning dengan Metode Mind Mapping. Adapun

pemilihan lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan kualitas sekolah di mata

masyarakat sebagai sekolah unggulan dan favorit di kabupaten Sumenep namun

pada kenyataannya masih ada permasalahan dalam beberapa kelas yang belum

bisa diselesaikan yaitu hasil belajar yang relatif rendah pada pelajaran Sejarah.

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini, diantaranya (1) Bagaimana

penerapan cooperative learning dengan metode mind mapping pada mata

pelajaran sejarah di kelas XI SMAN 1 Sumenep tahun 2008/2009 (2) Bagaimana

peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan cooperative learning dengan

metode mind mapping pada mata pelajaran sejarah di kelas XI SMAN 1 Sumenep

tahun 2008/2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui penerapan

cooperative learning dengan metode mind mapping pada mata pelajaran sejarah di

kelas XI SMAN 1 Sumenep tahun 2008/ 2009, (2) Mengetahui peningkatan hasil

belajar setelah diterapkan cooperative learning dengan metode mind mapping

pada mata pelajaran sejarah di kelas XI SMAN 1 Sumenep tahun 2008/ 2009.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian

tindakan kelas (action research) yaitu suatu studi sistematis terhadap praktik

pembelajaran di kelas yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan

kualitas dan hasil belajar. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi soal tes,

pedoman wawancara, lembar observasi, lembar catatan lapangan, format penilaian

dan dokumen. Untuk menjawab masalah pertama maka teknik analisa yang

ii

digunakan melalui lembar observasi ketepatan guru yaitu dengan cara

membandingkan persentase keberhasilan tindakan guru dalam menerapkan

cooperative learning dengan metode mind mapping pada siklus 1 dan siklus 2

sedangkan teknik analisa yang digunakan untuk menjawab masalah kedua maka

teknik analisa yang digunakan melalui format penilaian kognitif, afektif, dan

psikomotor yaitu dengan cara membandingkan persentase hasil belajar siswa

secara keseluruhan sebelum tindakan diberikan (melalui nilai UTS) dan setelah

tindakan diberikan pada kedua siklus. Mata pelajaran yang digunakan pada

penelitian ini adalah Sejarah untuk kelas XI IPA semester I tahun pelajaran

2008/2009, yaitu terfokus pada materi 
Perkembangan Kolonialisme dan

Imperialisme Barat di Indonesia
 dan "Zaman Pendudukan Jepang di Indonesia.

Adapun teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar siswa pada penelitian ini, yakni dengan cara membandingkan persentase

ketuntasan belajar secara keseluruhan sebelum diberikan tindakan dengan

ketuntasan belajar secara keseluruhan setelah diberikan tindakan pada siklus 1

maupun pada siklus 2. Selain itu, persentase ketuntasan belajar secara klasikal

dihitung dengan cara membandingkan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan

belajar dengan jumlah siswa secara keseluruhan (siswa maksimal) kemudian

dikalikan 100%.

Penerapan Cooperative Learning dengan metode mind mapping (peta

pikiran) dilaksanakan dalam tiga tahap sesuai dengan rencana pembelajaran yang

disusun, yakni tahap penyajian materi, tahap belajar kelompok, dan tahap mind

mapping. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Cooperative

learning dengan metode mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa

kelas XI IPA-2 di SMA Negeri 1 Sumenep pada mata pelajaran Sejarah.

Peningkatan ketuntasan belajar secara keseluruhan (klasikal) pada siklus 1 ke

siklus 2 sebesar 20,46% untuk aspek kognitif ; 6,86% untuk aspek afektif; serta

16,51% untuk aspek psikomotorik.

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disarankan pada guru-guru Sejarah

yang lain khususnya guru Sejarah di SMA Negeri 1 Sumenep yang mengajar di

kelas XI lainnya agar mencoba menerapkan Cooperative Learning dengan metode

mind mapping dalam proses pembelajaran di kelas. Selain itu, perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut mengenai penerapan Cooperative Learning dengan metode

mind mapping dalam pembelajaran mata pelajaran lainnya agar diperoleh hasil

penelitian yang representatif.

Analisa:
        Menurut analisa saya, proses pemahaman materi pada mata pelajaran sejarah menyangkut banyak aspek dan saling berkaitan antar konsep. Keterkaitan antar tema menjadi persyaratan utama dalam memahami keutuhan konsep sejarah, Karena pembelajaran dengan menerapkan metode mind mapping dalam model cooperative learning merupakan salah satu pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi serta hal yang menyenangkan dan diminati oleh siswa. Penerapaan cooperative learning dengan metode mind mapping dalam peningkatan belajar tidak bergantung pada usia siswa, mata pelajaran atau aktivitas belajar. Tugas-tugas belajar yang kompleks seperti pemecahan masalah, berpikir kritis dan pembelajaran konseptual meningkatkan secara nyata pada waktu digunakan strategi-strategi cooperative. Siswa sering beranggapan bahwa belajar telah selesai setelah mereka mengusai sejumlah fakta.
           Pembelajaran sejarah dengan cooperative learning dapat meningkatkan daya nalar dan daya pikir siswa. Cooperative learning juga dapat meningkatkan hubungan kerja sama antar teman memacu anak untuk semakin maju dan bekerja keras dan hasil dari cooperative learning akan membantu masyarakat untuk mendapatkan seseorang yang bekerja keras dan dapat bekerja sama. Oleh karena itu dalam mempelajari sejarah dituntut kemampuan berpikir logis dengan menggunakan metode mind mapping diharapkan pemahaman dan logika peserta didik dapat berimbas kepada peningkatan daya serap dalam memahami konsep sejarah.
            Dengan dibarengi dengan metode mind mapping juga sangat berguna untuk kegiatan mencatat, meringkas dan mengkaji ulang pelajaran sejarah. Meski begitu setiap metode belajar ada kelebihan dan kekurangannya. Kalau materinya tentang konsep maka Mind Mapping ini bagus, tapi kalau bukan hal-hal yang detail seperti hapalan angka-angka atau peristiwa-peristiwa sejarah maka Mind Mapping ini tidak terlalu bagus. Model pembelajaran yang menggunakan tim-tim penerapan cooperative untuk membantu para siswa dalam mempelajari dan memahami materi pelajaran sejarah. Kegiatan ini meliputi presentasi dari guru, latihan tim, latihan indenpenden, pra penilaian teman, nilai tambahan, dan tes.
             Penerapan cooperative learning dengan menggunakan metode mind mapping (peta pikiran) dilaksanakan dalam tiga tahap sesuai dengan rencana pembelajaran yang disusun, yakni tahap penyajian materi, tahap belajar kelompok, dan tahap mind mapping. Dalam tahap penyajian materi, sebelum pembelajaran guru menginformasikan kepada peserta didik tujuan yang hendak dicapai dan prasyarat yang harus dimiliki. Penyajian materi dilakukan secara klasikal. Dalam penyajian materi pelajaran sejarah guru harus mengembangkan materi pelajaran yang sesuai dengan apa yang akan dipelajari peserta didik dalam kelompok, menekankan kepada peserta didik bahwa belajar adalah memahami makna, dan mengontrol pemahaman peserta didik sesering mungkin serta memberikan penjelasan tentang benar atau salahnya jawaban dari suatu setelah peserta didik memahami permasalahan selanjutnya beralih pada materi berikutnya. Dalam tahap belajar kelompok adalah suatu penyajian pelajaran dengan cara siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil dibawah bimbingan guru untuk mencapai tujuan pendidikan dengan bergotong royong atau bekerjasama diantara siswa. Dari kesimpulan tersebut dapat diketahui bahwa belajar kelompok bertujuan untuk membiasakan siswa mengembangkan sikap sosial dengan bergotong royong serta berfikir kreatif. Belajar kelompok dapat diterapkan, misalnya ketika siswa mempelajari aspek sejarah kemerdekaan Indonesia atau tugas resume materi sejarah. Dalam tahap ini, peserta didik mempelajari materi dan mengerjakan tugas-tugas yang diberkan guru dalam LKS. Dalam kegiatan kelompok peserta didik saling membantu dan berbagai tugas. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas kelomponya. Peran guru dalam tahap ini sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok. Pada tahap mind mapping merupakan suatu teknik grafik yang sangat ampuh dan menjadi kunci yang universal untuk membuka potensi dari seluruh otak karena menggunakan seluruh ketrampilan yang terdapat pada bagian neo-korteks dari otak atau yang lebih dikenal sebagai otak kiri dan otak kanan secara bersama-sama. Jika dilakukan dengan benar teknik Mind Mapping dapat menghemat waktu siswa dalam belajar.
Metode-metode tersebut layak untuk diterapkan dalam berbagai macam pembelajaran, termasuk sejarah. Karena harus disadari bahwa manusia dapat menikmati kesejahteraan bukan seluruhnya diperoleh dari hasil usaha sendiri, sebagian besar diperoleh dari “jasa” orang lain.
Dalam belajarpun siswa akan memperoleh hasil yang seperti itu. Siswa yang kekurangan dalam beberapa hal  akan memperoleh dari temannya yang mempunyai kelebihan dalam hal itu, dan sebaliknya.
Metode pembelajaran dengan peta pikiran layak digunakan juga untuk meningkatkan kapasitas belajar sehingga pantas dimasukan dalam kurikulum untuk SMA. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dicari atau mencoba menggunakan pendekatan baru dalam penerapan cooperative learning dengan menggunakan metode mind mapping mengajak siswa untuk pemecahan masalah secara bersama atau gotong royong. Dengan ini siswa mempunyai rasa sosial dan kebersamaan tinggi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif.
Dalam pembelajaran cooperative learning, keberhasilan dan kegagalan siswa lain tidak mempengaruhi hasil belajar mereka. Pada pembelajaran cooperative di tandai, interaksi ditandai dengan tujuan saling tegantung dengan individu lain. Tujuan bersama yang baik dan positif dapat diterima oleh semua anggota kelompok yang berada di dalamnya yang terkait dengan tujuan bersama yang telah ditentukan.
Penerapan cooperative learning dengan metode mind mapping dalam pembelajaran sejarah mengalami peningkatan dan siswa mendapat kesempatan mengungkapkan ide-idenya. Mereka mempunyai keberanian untuk mengungkapkan pendapat atau idenya di dalam kelompok. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan cooperative learning dengan menggunakan metode mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada peningkatan ketuntasan belajar secara keseluruhan sebesar 20,46% . Hasil pembelajaran bentuk tugas lebih intensifnya aktivitas baik diskusi dengan kelompok maupun diskusi dalam kelas, sehingga suasana kelas bisa menjadi hidup. Kegiatan tersebut seperti sharing pendapat, saling membantu dalam belajar, dan mamberikan dorongan kepada teman. Dengan diberikan suatu bentuk pertanyaan-pertanyaan dan bentuk tugas yang memerlukan pemikiran yang kritis siswa tidak hanya dapat bertanya atau menjawab, tetapi juga sudah mulai dapat menhargai konstribusi, menggunakan kesepakatan, mengambil giliran dan mampu mempertahankan idenya.
Penerapan metode pembelajaran cooperative learning merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa untuk berperan aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar, tidak hanya itu siswa juga bisa saling mengajar dengan siswa lainnya. Selain itu metode cooperative learning menanamkan pada siswa bahwa mereka memiliki peranan yang sama untuk mencapai tujuan akhir belajar, penguasaan materi pelajaran dan keberhasilan belajar yang tidak semata-mata dapat ditentukan oleh guru, tapi merupakan tanggung jawab bersama. Sedangkan mind mapping (Peta Pikiran), adalah salah satu metode belajar yang dapat memaksimalkan fungsi otak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar