Pengertian
Imperialisme dan Kolonialisme
Imperialisme secara
etimologis berasal dari bahasa Latin “imperare” yang berarti “memerintah”. Hak
untuk memerintah disebut “imperium”. Orang yang diberi hak imperium disebut
“imperator”, yang biasanya adalah ialah raja. Kerajaannya disebut imperium.
Kekuasaan seorang raja diukur berdasarkan luas daerahnya, maka selalu ada
keinginan memperluas kerajaannya dengan merebut negara-negara lain. Tindakan
raja inilah yang disebut imperialisme.
Imperialisme sendiri berarti politik
untuk menguasai seluruh dunia untuk kepentingan suatu kerajaan atau Negara
(dengan paksaan). Penguasaan tersebut dilakukan tidak hanya dengan kekuatan
senjata, bahkan dengan kekuatan ekonomi, kebudayaan, agama dan ideologi. Kata
imperialisme digunakan pertama kali di Inggris pada akhir abad XIX. Disraeli,
perdana menteri Inggris, ketika itu mengatakan politik yang ditujukan pada
perluasan kerajaan Inggris hingga suatu “impire” yang meliputi seluruh dunia.
Imperialisme terbagi
dua, yaitu Imperialisme Kuno (Ancient Imperialism) dengan semboyan gold, gospel, and
glory (kekayaan, penyebaran agama, dan kejayaan), dipelopori oleh Spanyol dan
Portugal. Imperialisme Modern (Modern Imperialism). Industri besar-besaran (akibat
revolusi industri) membutuhkan bahan mentah yang banyak dan pasar yang luas.
Mereka mencari jajahan untuk dijadikan sumber bahan mentah dan pasar bagi
hasil-hasil industri, dan juga sebagai tempat penanaman modal.
Sedangkan kolonialisme
merupakan pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan manusia di luar
batas negaranya, biasanya untuk mencari dominasi ekonomi dari sumber daya,
tenaga kerja, dan pasar wilayah. Kolonialisme juga dilakukan sebagai legitimasi
atau pengakuan bahwa Negara pengkoloni lebih kuat daripada yang dikoloni.
Kolonialisme sebenarnya pemindahan kekayaan dari daerah yang dikolonisasi ke
daerah pengkolonisasi yang menghambat kesuksesan pengembangan ekonomi (Andre
Gunder Frank).
Penyebab
Kedatangan Bangsa Inggris ke India
Sejak dipatahkannya
teori geosentris -yang mengatakan bahwa pusat tata surya adalah bumi- oleh
teori heliosentris –bahwa matahari adalah pusat tata surya- dan munculnya
gagasan bahwa bumi bulat, mulailah beramai-ramai penjelajahan dilakukan.
Awalnya orang mengira bila melakukan perjalanan terus menerus akan terjatuh
bila sudah sampai di ujung bumi, karena mereka berpikir bumi itu datar seperti
koin. Penjelajahan pertama (1492) dimulai oleh bangsa Portugis dan Spanyol atas
perintah Ratu Issabella. Penjelajahan tersebut banyak menemukan daerah baru
yang sebelumnya belum pernah terjamah orang Eropa, seperti benua Amerika.
Pelayaran tersebut kemudian diikuti juga oleh Inggris, Belanda, Perancis, dan
Jerman.
Selain itu, datangnya Inggris ke
India dikarenakan juga oleh faktor kekosongan kas Negara-negara di Eropa akibat
kekalahan pasca perang salib. Karena perdagangan dari timur jauh melalui timur
tengah ditutup akibat jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani, maka
untuk mencari keuntungan yang besar, mereka mencari jalan untuk merebut daerah
penghasil rempah-rempah yang bisa dijual di Eropa. Daerah penghasil
rempah-rempah, yaitu nusantara telah dikuasai Pemerintahan Hindia Belanda, maka
Inggris menguasai daerah India yaitu daerah transit komoditas perdagangan
sebelum dikirim di Eropa.
Faktor lainnya adalah kemudahan
pelayaran yang terjadi setelah dibukanya Terusan Suez di Mesir oleh Ferdinand
de Lessep, membuat singkat rute pelayaran. Untuk dapat ke wilayah timur jauh
tidak perlu lagi mengelilingi benua Afrika. Sebab lebih lanjut terjadi setelah
terjadinya revolusi di Inggris, India dijadikan daerah sumber bahan baku dan
juga daerah pemasaran hasil industri.
Kemaharajaan
Britania di India
Sejak tahun 1500-an, Inggris mulai
melakukan perluasan wilayahnya untuk mencari daerah koloni agar mendapatkan
rempah-rempah dan dapat menyediakan bahan industri dan dapat menjual produknya
ke pasaran dunia. Dengan menggunakan semboyan Imperialisme kuno yaitu gold,
gospel, dan glory inggris mulai mengontrol daerah koloni di bawah kekuasaannya.
Pada saat Inggris datang ke India, di sana telah dikuasai oleh sebuah dinasti
Islam, yaitu dinasti Mughal.
Britania raya yang
mempunyai wilayah-wilayah koloni hampir di seluruh belahan dunia memiliki
sebuah ungkapan yang digunakan untuk menjulukinya “ the sun never
sets on the British Empire ”. India sendiri dijuluki sebagai mahkota emas
Inggris karena memberikan keuntungan yang sangat besar bagi Inggris.
British
Empire yang pertama masih
bermotifkan ekonomi (merkantilisme) demi kepentingan monopoli ekonomi. Untuk
melancarkan kegiatan tersebut, maka pada tahun 1600 Inggris membentuk kongsi
dagang untuk India yaitu EIC (East India Company) ketika Ratu Elizabeth I berkuasa.
EIC membangun pos-pos niaga di sebagian wilayah perkotaan India.
Pada pertengahan tahun 1700-an
Dinasti Mughal di India yang berada di bawah kekuasaan Sultan Ahmad mulai
melemah pengaruhnya. Sehingga pada tahun 1830, EIC mengambil keuntungan dari
melemahnya Dinasti Mughal dengan mengambil alih kekuatan politik dan militer.
Pengambilalihan
kekuasaan oleh inggris ini, terutama EIC, yang meliputi kekuasaan ekonomi,
keamanan, dan pemerintahan menimbulkan pemberontakan yang dilakukan oleh
tentara India dalam kemiliteran Inggris pada tahun 1857, yang disebut
pemberontakan Sepoy atau Great Indian Mutiny.
Faktor yang menyebabkan
pemberontakan Sepoy pemberontakan sepoy disebabkan oleh faktor secara tidak
langsung dan faktor langsung. Faktor tidak langsungnya adalah karena penerapan
kebijakan pemerintahan EIC yang berdampak pada perubahan-perubahan struktur
sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat India yang memunculkannya
benih-benih kebencian terhadap Inggris atas kontrol dan kelakuan mereka di
tanah India, sehingga pemberontakan-pemberontakan kecil mulai muncul secara
bertahap. Sedangkan faktor secara langsung adalah dibubarkannya satu pasukan
sepoy yaitu pasukan kavalery ke 3 secara tidak hormat. Isu agama yang
menyangkut orang Hindu adalah kebijakan penempatan pasukan di luar daerah
terutama kebijakan General Enlisment Act 1856 yang mewajibkan pasukan sepoy
yang sebagian besar berasal dari kalangan kasta tinggi, untuk menyebrangi
lautan, dianggap sebagai penghinaan penghormatan nilai dan norma masyarakat
India. Isu agama yang berkenaan dengan keyakinan penganut agama Islam maupun
Hindu mampu memobilisasi massa, adalah beredarnya kabar minyak babi dan sapi
yang digunakan untuk mengfungsikan senjata baru yang akan digunakan pasukan
sepoy. Pemberontakan meluas disebabkan karena pemberontakan didukung oleh para
pemimpin feodal dan ulama-ulama yang mampu memberikan spirit kepada massa.
Pemberontakan sepoy berubah dari pemberontakan tentara menjadi pemberontakan
politik. Penanganan pemberontakan tidak dapat dilakukan dengan cepat akibat
terputusnya jaringan komunikasi untuk meminta bantuan kepada pasukan Inggris.
Dampak dari
pemberontakan sepoy adalah dengan dibubarkannya EIC melalui maklumat Victoria
1858, dihapuskannya Dinasti Moghul, dan India berada langsung dibawah kekuasaan
kerajaan Inggris. Maka dari sinilah British Empire IIdimulai.
British
Empire kedua ini mempunyai
motif politik, kontrol Inggris atas kehidupan politik di seluruh wilayah India.
Misalnya saja penerapan nilai asli dan penggunaan lembaga Inggris sebagai
peraturan untuk pribumi, campur tangan dalam permasalahan lokal, mengurusi
militer yang kuat, melibatkan dominasi kolonial, serta membawa sistem hukum dan
hubungan sosial dalam kolonisasinya.
British
Empire yang kedua ini
selanjutnya akan disebut British Raj (kemaharajaan Britania). British
Raj (1858-1942)
mempengaruhi perubahan atau tatanan sosial, ekonomi, politik, serta kebudayaan
di India yang sebelumnya dikuasai oleh Dinasti Kerajaan Mughal.
Pemerintahan India
diatur pemerintah imperial yang berpusat di London, Britania Raya. Pemerintahan
pusat di Calcutta (pada tahun 1930-an berubah nama menjadi New Delhi) diwakili
oleh Viceroy-Raja Muda.
Batas wilayah India semakin meluas
setelah Pemerintah Inggris mengambil alih dari EIC pada 1858. Kawasan British
India ini dalam perkembangannya menjadi Negara merdeka. Mereka meliputi
Pakistan, Bangladesh, Myanmar, dan Burma.
Pada tahun 1850-an
mekanisasi industry rami di Bengal dan tekstil di barat India dikelola
firma-firma Inggris. Kedua industri ini terus berkembang bahkan sampai pada
tahun 1914, namun ekonomi India tetap bertopang pada agraria yang menganut
sistem ekonomi subsisten (komoditas yang dihasilkan untuk kebutuhan sendiri),
sehingga sering terjadinya kelaparan karena rakyat belum siap untuk
industrialisasi (sistem ekonomi uang atau monetasy). Dampak revolusi Industri Inggris
bagi India memengaruhi jalinan ekonomi keduanya. Untuk memudahkan
pendistribusian bahan mentah, katun, untuk dikirim ke Inggris maka dibangun rel
kereta api, kanal-kanal, dan jembatan, serta jaringan telegraf.
Hal tersebut
memengaruhi India di bidang sosial politik di antaranya adalah, Inggris
menempati hampir seluruh posisi tinggi dalam pemerintahan dan masyarakat (government act), Orang Inggris menempatkan orang
India sebagai inferior secara moral, politik, dan budaya, Inggris tidak
memperbolehkan orang India menjalankan pemerintahan sendiri, dan nilar-nilai
serta tradisi bangsa India diabaikan.
1861 berlaku Indian
Council Act, orang India melalui
penunjukan dapat terlibat dalam dewan tapi tetap tidak secara menyeluruh. 1885
muncul gerakan nasional India, prinsip liberal berpolitik, menuntut terlibat
dalam pemerintah di bawah kendali Inggris, yaitu mengirim petisi. Sehingga pada
1825-1917 Dadabhai Naoroji menjadi presiden kongres sebanyak tiga kali.
Bal Gangadar Tilak (1856-1920)
melakukan gerakan ekstremis reformasi Hindu , gagasan diskriminasi gender dan
kasta yang memboikot dengan gerakan swadesi terhadap viceroy George Nathaniel
Curzon pada 1905 yang memecah Bengal menjadi dua, Bengal timur & Assam
(Islam) serta Bengal, Bihar, & Orissa (Hindu).
Nasionalisme di India
sendiri muncul awalnya bersifat gerakan sosial dan pendidikan. Gerakan politik
baru ada setelah berdiri Indian National Congress (Partai Kongres India) yang
anggotanya terdiri atas golongan intelektual hindu dan muslim (merupakan ide
kebangsaan rakyat India). Gerakan perlawanan India dilakukan dengan cara yang
halus, seperti yang dilakukan Gandhi.
Gerakan perjuangan
Gandhi adalah perlawanan tanpa kekerasan (satyagraha) yaitu ahimsa (gerakan yang melarang pembunuhan), satyagraha (untuk tidak bekerjasama dengan
penjajah), hartal (pemogokan, tidak berbuat apa-apa termasuk datang ke tempat
kerja), dan swadesi (menggunakan produksi sendiri). Gerakan perjuangan
kemerdekaan ini dipimpin Gandhi sejak tahun 1915 sampai tahun 1947. Kemerdekaan
yang diperoleh India pada 1947 bukanlah kemenangan militer tapi kemenangan atas
nama kemanusiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar