Restorasi Meiji dan
Modernisasi Jepang
Sebelum
tahun 1867, kekuasaan Tenno (kaisar) tidak memegang pemerintahan sendiri.Kekuasaan
pemerintahan tertinggi diserahkan kepada seorang shogun yang menentukan
segalanya urusan negara. Tenno hanya sebagai lambang sebuah persatuan negara.
Hal ini dikarenakan mereka percaya bahwa kaisar adalah keturunan dewa, dan
posisi kaisar tidak bisa dipegang oleh sembarangan orang. Hal menarik dari
kekaisaran Jepang adalah tidak terputusnya tali darah dari kaisar pertama
hingga kini (masih dalam satu keturunan). Tiap deaerah di Jepang diperintah
seorang Daimyo, tuan tanah feodal yang memiliki tanah luas dan tentara pribadi
yaitu para samurai. Pemerintahan itu disebut dengan Bakufu, yang berada dibawah
kendali Shogun. Bakufu sendiri dibentuk pertama kali pada abad ke 12 di bawah
pemerintahan Minamoto Yoritomo dan menjadi lebih besar pada masa pemerintahan
keluarga Tokugawa, dengan beratus-ratus pejabat yang terdiri atas para samurai.
Akan tetapi pemerintahan bakufu ini berakhir saat Tenno Mutsuhito Meiji
memerintah pada tahun 1867 dan ditumbangkanya keshogunan keluarga Tokugawa..
Kedatangan Bangsa Barat
di Jepang
Jepang secara geografis terisolasi
dari daratan Asia dan negara-negara lain, hingga membuat masyarakat Jepang
sangat kaku dalam pola pemikiran dan perpindahan penduduk ke luar negeri.
Bangsa Barat pertama kali datang adalah bangsa Portugis pada tahun 1543 menuju
Cina dengan melintasi pantai pulau Tanegashima. Setelah itu, banyak kapal
dagang Spanyol, Jerman, dan Inggris datang ke Jepang. Bangsa barat kala itu
menyebarkan agama nasrani, yang tidak disukai oleh shogun Lemitsu. Untuk
membendung pengaru kristen dalam negara maka diberlakukannya politik isolasi.
Pada tahun 1663 kapal-kapal Jepang dilarang melakukan pelayaran keluar negeri
terkecuali mendapatkan izin dari shogun, orang Jepang yang tinggal diluar
negeri selama lima tahun dilarang kembali. Menurtnya agama nasrani dapat
merusak etik feodal dari sistim feodal di Jepang. Politik isolasi yang diterapkan oleh shogun, pedagang-pedagang
asing dilarang keras untuk berbisnis dengan Jepang kecuali Cina dan Belanda.
Hingga pada tahun 1842 pelabuhan-pelabuhan tertentu mulai mengizinkan
kapal-kapal asing singgah untuk mengisi bahan bakar dan bahan makanan.
Kejadian-kejadian di Amerika serikat
saat merebut California dari Meksiko (1848) yang akhirnya Amerika Serikat
mempunyai pantai yang luas di Pasifik membuat upaya untuk membuka Jepang. Ada
rencana ingin dibukanya jalur pelayaran dari Pasifik ke Shanghai. Hal ini
membuat Jepang menjadi tujuan dalam jalur pelayaran ini, karena pulau-pulau
Jepang terletak pada jalur pelayaran San Fransisco-kepantai China. Pulau-pulau
Jepang atas laporan dari Belanda memiliki endapan batu bara, dan dimungkinkan
sebagai tempat singgah kapal.
Kedatangan Komodor Angkatan Laut
Amerika, Matthew Calbraith Perry pada tanggal 8 Juli 1853, tiba di Uraga
dimulut Teluk Edo dengan sejumlah meriam dan pesan dari presiden Millard
Filmore yang berisi bahwa Jepang diharuskan membuka pelabuhannya bagi perdagangan
Amerika, kalau tidak maka akan digempur. Setelah satu tahun menunggu jawaban
Jepang atas pesan itu, akhirnya shogun menyerah dan menandatangani persetujuan
yang dinamakan Perjanjian Kanagawa yang ditandatangani pada tanggal 31 Maret
1854. Perjanjian itu berisi ketentuan sebagai berikut:
·
Jepang
diharuskan menyediakan bahan bakar dan makanan untuk kapal-kapal Amerika.
·
Jepang
akan menolong awak kapal yang rusak.
·
Membuka
pelabuhan Shimoda dan Hakadote dan diizinkan membuka konsulat.
·
Jepang
akan memperlakukan Amerika Serikat sebagai negara yang paling dipentingkan.
Persetujuan
ini akhirnya diikuti oleh persetujuan dengan Inggris, Rusia, dan Belanda. Jadi
berakhirlah politik isolasi Jepang.
Adanya perjanjian Kanagawa, membuat
Amerika Serikat langsung menunjuk Townsend Harris sebagai konsulat Jepang. Pada
tahun 1858, diadakan perjanjian persahabatan, perniagaan dan pelayaran dengan
A.S., yang akhirnya diikuti pula oleh Rusia, Inggris, Belanda dan Perancis. Isi
perjanjian itu adalah dibukanya pelabuhan Kanagawa, Nagasaki, Niigita, dan
Hyogo, dibukanya pasar Edo dan osaka, perdagangan bebas, ditegakkanya
konsesi-konsesi. Perjanjian dengan negara-negara barat berakibat buruk bagi
Shogun dan dan Bakhufu, yang nantinya wewenang mereka semakin menurun.
Perjanjian Shimoda tidak mendapat
dukungan dari Tenno. Tenno tidak bersedia menandatangani perjanjian dengan
Amerika, yang akhirnya shogun menandatangani perjanjian ini sendiri. Ia juga
mengangkat ahli waris calon pilihannya sendiri, yaitu Iemochi dan membungkam
pihak oposisi. Berarti shogun telah mengabaikan keinginan raja dan menimbulkan
Daimyo yang pro-tenno dan anti shogun adalah tindakan yang lancang dan
dijadikan alasan untuk menjatuhkan shogun.
Akibat dari pembukaan Jepang bagi
bangsa asing adalah meluapnya perasaan anti-shogun, memperkuat gerakan
pro-tenno, adanya pemberontakan dari Satsuma dan Chonsu pada tahun 1863, dan
yang paling penting adalah Restorasi Meiji.
Jepang Menjadi Negara
Besar Dengan Restorasi Meiji (Meiji
Ishin)
Ada
hal yang menyebabkan tenno kembali berkuasa di Jepang. Salah satunya adalah
berkembangnya kembali shintoisme. Shintoisme mengajarkan bahwa tenno adalah
keturunan dewa Ameterasu (dewa matahari) yang harus dihormati. Ajaran shinto
ini di jadikan sebagai agama negara. Tiap penduduk harus tunduk terhadap ajaran
agama ini. Hal ini menjamin persatuan nasional bangsa Jepang. Permusuhan antara
keluarga Tokugawa dengan Satsuma dan Chonsu menjadi sebab yang kedua,
dikarenakan keluarga Tokugawa sejak tahun 1603 telah mengambil alih
pemerintahan. Kedudukan keluarga Tokugawa sebagai pemegang kekuasaan yang cukup
lama membuat para daimyo yang lain merasa iri dan menginginkan juga jabatan
tersebut. Pembukaan Jepang oleh Tokugawa menimbulkan sebuah pemberontakan
Satsuma dan Chonsu pada tahun 1863. Hal ini dikarenakan tidak menguntungkan
mereka sebagai golongan samurai. Perdagangan teh dan sutra kala itu meningkat
dan akhirnya menimbulkan kaum baru yang kaya (zeibatsu). Pembukaan Jepang
dijadikan sebagai alasan untuk menurunkan kedudukan shogun dan mengembalikan
tenno sebagai penguasa karena lebih bermanfaat bagi kedudukan mereka.
Setelah tumbangnya kekuasaan
Tokugawa dan naiknya Mutsuhito Meiji sebagai Tenno, Jepang memasuki era
modernisasi. Ia melakukan suatu restorasi atau pembaruan,di segala bidang politik dan sosial Jepang.
Restorasi ini dikenal sebagai Restorasi Meiji. Ia mengeluarkan proklamasinya
pada tanggal 6 april 1868 yang isinya sebagai berikut:
ü Dibentuknya
parlemen
ü Harus
bersatu untuk mencapai kesejahteraan bangsa
ü Semua
jabatan terbuka untuk semua orang
ü Adat
istiadat yang masih kolot harus dihapuskan
ü Mendapat
ilmu pengetahuan sebanyak mungkin untuk keperluan negara
Tenno
Meiji memindahkan ibukota dari Kyoto ke Tokyo. Berdasarkan Shintoisme, maka
diciptakan bendera kebangsaan Jepang yaitu Hinomaru dan lagu kebangsaan
Kimigayo. Dengan demikian Restorasi Meiji memberikan kemajuan besar bagi
perkembangan Jepang dan masuknya Jepang ke dalam komunitas dunia yang lebih
modern.
Modernisasi Jepang
Restorasi Meiji membawa dampak dalam
berbagai bidang pembangunan di Jepang. Mereka berpaling ke barat untuk mencari
contoh-contoh agar menjadi sebuah negara yang modern. Ada beberapa hal yang
diperbaharui seperti dalam bidang:
1.
Pemerintahan dan undang-undang
Jepang dibawah Meiji, dari sisi ideologi dan
kelembagaan adalah sebuah campuran barat-cina-jepang. Negara harus membentuk
sebuah kabinet yang bertanggung jawab kepada raja dan dibentuk parlemen.
Undang-undang dasar telah disahkan oleh tenno pada tanggal 11 Februari
1890. Digantikannya peran daimyo dengan
gubernur, yang berarti sistem feodalisme telah dihapuskan dan tanah mereka
diserahkan kepada tenno. Kelas samurai dihapus dan para mantan samurai dipekerjakan sebagai
pegawai administrasi atau pengusaha, namun sebagian di antaranya menjadi orang
miskin karena tunjangan untuk para samurai dihapuskan.
2.
Angkatan perang
Angkatan perang dibangun secara modern, Angakatan
Darat dipimpin oleh keluarga Choshu yang mempelajari sistem militer dengan
Jerman. Angkatan Laut kemudian dipimpin oleh keluarga Satsuma yang bekerjasama
dengan Inggris. Berlakunya wajib militer untuk warga laki-laki yang telah
berusia dua puluh tahun. Mereka dilatih militer, dan apabila telah menguasai
teknik militer mereka dikirim ketempat-tempat perbatasan yang berbahaya. Hal
ini dilakukan demi menumbuhkan semangat cinta tanah air dan pengabdian kepada
negara. Adanya semangat Bushido, sebagai jiwa ketentaraan para prajurit.
Pembentukan kementrian pertahanan yang langsung bertanggung jawab kepada Tenno.
Kementrian pertahanan Jepang makin lama makin kuat dan akhirnya menjadi suatu
Gunbatsu(pemerintahan diktator mliter).
3.
Perekonomian dan industri
Berkembangnya pendidikan dan teknologi, menjadikan
industripun berkembang semakin maju.
Pemerintah membuat suatu nasionalisasi perusahaan, seperti pada
perusahaan galangan kapal dan pabrik senjata milik bakufu dan para tuan tanah
feodal. Kemudian meluas dengan menasionalisasikan perusahaan kereta api,
telegraf, dan telepon. Kementerian Pekerja Umum dibentuk dibawah Ito Hirobumi
pada tahun 1870. Kementerian ini banyak mempekerjakan teknisi dan penasihat
asing. Selain itu banyak perusahaan swasta yang bergerak dibidang perdagangan
seperti sutra, tekstil,perkapalan dan perbankan. Bank of Japan(1877) bergerak
mengendalikan perbankan, sedangkan Yokohama Specie Bank mengendalikan valuta
asing. Akibat majunya industi dan kapitalisme di Jepang maka wajah dan watak
masyarakat Jepang mengalami suatu perubahan.
4.
Pendidikan
Pendidikan di Jepang setelah adanya restorasi Meiji
menjadi bergaya barat. Dibentuknya sistem pendidikan dasar berdasarkan
undang-undang pendidikan tahun 1872. Anak-anak yang berusia enam tahun
diwajibkan untuk belajar. Fasilitas pendidikan semakin bertambah dengan
didirikannya sekolah guru (1872), sekolah menengah (1881), sekolah menengah
atas (1886), dan beberapa universitas, salah satunya adalah Universitas
Kerajaan Tokyo pada tahun 1886. Pelajar-pelajar Jepang banyak yang dikirim
keluar negeri guna mempelajari teknologi ,ilmu pengetahuan, dan kebudayaan
barat. Ada suatu dekrit pendidikan pada tahun 1890 yang mewajibkan agar para
anak setia dan hormat pada orang tua, undang-undang dan hukum. Pemikiran Tenno
untuk mengeluarkan dekrit pendidikan dipengaruhi oleh guru konfusiusnya, Motoda
Eifu. Ia mengutuk perilaku meniru tanpa berpikir panjang cara-cara barat
mengajarkan anak-anak di Jepang. Buku pelajaran wajib harus memuat unsur budi
pekerti, cinta negara dan semangat mengagungkan raja. Buku-buku disekolah di
saring kembali untuk menghindari kebudayaan barat yang tidak diinginkan. Di
setiap sekolah, potret aatu gambar raja dan salinan dekrit pendidikan
ditempatkan disetiap ruang sekolah. Hal inilah yang membuat Jepang semakin maju,
dan teknologinya hampir setara dengan orang Eropa.
BANGKITNYA
MILITER JEPANG
Restorasi
Meiji melakukan banyak sekali perubahan di Jepang, hampir semua bidang
mengalami perubahan termasuk dibidang militer. Pada masanya (diakhir abad
ke-19) pembentukan angkatan bersenjata gaya barat dipandang sebagai alat untuk
memulihkan kemerdekaan negeri itu,[1]
ide tersebut sebenarnya sudah diajukan ke pihak Amerika Serikat tetapi selalu
membuahkan kegagalan disebabkan karena adanya tentangan dari pihak Inggris.
Sehingga Jepang merasa tidak puas, sebab pada masa perang dunia pertama Jepang
juga bersumbangsih atas kemenangan sekutu. Hal inilah yang menurut Jepang suatu
ketidak adilan
Untuk
mengawal suksesnya Restorasi Meiji diperlukan factor-faktor pendukung dan
pendorong untuk mencapai tujuan-tujuannya. Kadang-kadang kekuatan militer menjadi metodenya selain
pendekatan ekonomi dan wilayah untuk mewujudkan sebuah generasi bari pemimpin
Asia Timur yang mereka harap akan mampu berperan sebagai pertahanan ampuh
melawan Barat, dan proses ini mendapat dukungan luas dari masyarakat Jepang.
Metode ini terkadang menimbulkan peperangan diberbagai daerah. Sikap militeristik Jepang
ditingkatkan sebagai pemimpin pemerintahan menyadari kebutuhan untuk menjamin
pertahanan negara melawan Rusia dan kekuatan Barat lainnya.
Kelemahan
dan perpecahan didalam Cina dan Korea pada bagian kedua abad ke-19 pun dilirik
oleh pihak pemimpin-pemimpin Jepang. Jepang berambisi untuk menanamkan
hegemoninya di Asia Timur. Pemerintah Jepang akhirnya memperhitungkan untuk
berkonfrontasi oleh Cina dengan matang. Konflik dengan Korea sebenarnya sudah
lama tetapi berhasil diredakan dengan perjanjian damai, tetapi pada tahun 1894
Jepang semakin mantap untuk memilih turun ke medan perang. Sebuah pasukan
dikirim dan mendarat di Korea.[2]
Kesuksesan pun segera diperoleh, tidak saja ketika melawan pasukan Korea,
tetapi juga ketika berhadapan dengan paukan Cina yang dikirim untuk membantu
pasukan Korea, tetapi hasilnya adalah Jepang secara singkat dapat menduduki
Korea dan Cina meminta damai.
Perang Jepang-Cina
(1894-1895)
Pada
tahun 1894 Jepang pergi berperang dengan Cina atas Korea. Lagi-lagi Cina
kehilangan perang laut modern dan harus menyerahkan Formosa (Taiwan) dan
Semenanjung Liaotung ke Jepang, Korea mengakui kemerdekaan, untuk membuka port
perjanjian baru, untuk membayar ganti rugi yang besar ke Jepang, dan memberikan
kepada Jepang semua keuntungan sampai sekarang mendahului oleh orang Barat di
bawah perjanjian yang timpang.[3]
Jepang yang sejak dahulu menginginkan China untuk menopang segala kekuarangan
sumber daya yang ada di Jepang.
Perang Rusia-Jepang (1904-1905)
konflik militer di mana kemenangan Jepang memaksa Rusia
untuk menghentikan kebijakan ekspansionis di Timur Jauh, menjadi kekuatan Asia
pertama di zaman modern untuk mengalahkan kekuatan Eropa. Perang Rusia-Jepang
berkembang dari persaingan antara Rusia dan Jepang untuk dominasi di Korea dan
Manchuria. Pada tahun 1898 Rusia telah mendesak Cina ke pemberian itu untuk
sewa strategis pelabuhan penting Port Arthur (sekarang Lü-shun), di ujung
Semenanjung Liaotung, di sebelah selatan Manchuria. Pertempuran akhir perang
tanah bertempur di Mukden pada akhir Februari dan awal Maret 1905, antara
pasukan Rusia yang berjumlah 330.000 orang dan 270.000 total Jepang. Setelah
berjuang lama dan keras kepala yang berat dan korban di kedua belah pihak,
komandan Rusia, Jenderal AN Kuropatkin, pertempuran terhenti dan menarik
pasukannya ke utara dari Mukden, yang jatuh ke tangan Jepang. Kerugian dalam
pertempuran ini sangat berat, dengan sekitar 89.000 Rusia dan Jepang 71.000
korban.
pada 27-29 Mei, 1905, dalam pertempuran di Selat Tsushima,
Laksamana Togo Heihachiro utama armada Jepang menghancurkan Armada Baltik
Rusia, yang dipimpin oleh Laksamana ZP Rozhestvensky. Bersama dengan
meningkatnya kerusuhan politik internal di seluruh Rusia, di mana perang tidak
pernah populer, membawa pemerintah Rusia ke meja perdamaian. Presiden Theodore
Roosevelt dari Amerika Serikat berfungsi sebagai mediator pada konferensi
perdamaian, yang diadakan di Portsmouth, NH, US (9 Agustus - 5 September,
1905). Dalam hasil Perjanjian Portsmouth, Jepang menguasai Liaotung dari Semenanjung
(dan Port Arthur) dan kereta api Manchuria Selatan (yang menuju ke Port
Arthur), serta separuh dari Sakhalin Island. Jepang menang dalam pertempuran
melawan Rusia.
SEKILAS SUASANA PENDUDUKAN JEPANG
Dengan kehadiran pasukan Jepang sejak berkobar Perang
Pasifik, rakyat di wilayah taklukan tersebut memiliki pendapat yang saling
berbeda. Ada yang menilai bahwa Jepang memang tulus memerdekakan Timur, ada
yang menilai Jepang hanya mementingkan diri sendiri dan ada pula yang menilai
bahwa bagaimanapun perilaku Jepang kerja sama dengan Jepang diperlukan untuk
meraih kemerdekaan. Pendapat berbeda ini juga ada di Hindia Belanda.
Sikap Cina, Korea dan Filipina telah jelas: lawan Jepang!
Dari ketiga bangsa ini, Korea boleh dibilang sangat lemah perlawanannya. Umumnya
perlawanan tersebut dilaksanakan di luar negeri. Cengkeraman Jepang yang sangat
kuat nyaris sempurna menutup peluang melawan. Dari seluruh wilayah taklukan
Jepang, Korea yang paling dekat dan tentunya paling mudah diawasi Jepang.
Pendudukan Jepang di Korea menampilkan 2 aktivis kemerdekaan
yang menonjol yaitu Syngman Rhee dan Kim Il-sung. Akibat kegiatannya, Rhee
terpaksa meninggalkan Korea dan menetap di AS. Di pengasingan, dia menghimpun
orang Korea di AS untuk menyiapkan kemerdekaan. Dia kembali ke Korea pada 1945
dan menjadi presiden Korea Selatan pada 1948. Kim Il-sung melawan Jepang juga
dari luar negeri. Dia memilih faham komunis sebagai ideologi gerakannya. Selama
1941-1945 dia bergerilya di Manchuria dengan dukungan rahasia US. Dia juga kembali
pada 1945 bersama pasukan US dan menjadi presiden Korea Utara juga tahun 1948.
Di Korea, rezim Jepang berusaha melaksanakan Jepangisasi.
Orang Korea harus menerima budaya Jepang dan agama Shinto. Mungkin kita mengira
bahwa hal tersebut mudah mengingat kedua bangsa tersebut serumpun. Faktanya
tidak semudah itu, walaupun serumpun Korea benci dengan proyek tersebut. Jelas
ada beberapa hal yang merupakan ciri khas Korea. Hal tersebut berlaku juga pada
bangsa lain. Bahkan dalam satu bangsa terdapat beberapa suku yang tentunya
memiliki ciri sendiri semisal bangsa Indonesia, tidak dapat dipaksakan untuk
seragam dalam segala hal.
Perilaku merendahkan dari orang Jepang adalah hal lain yang
dibenci orang Korea. Ada beberapa tempat yang terlarang didatangi orang Korea
atau hanya untuk orang Jepang semisal restoran, toko atau sekolah tertentu.
Orang Korea yang berdinas dalam militer dan sipil Jepang cenderung mendapat
penghasilan yang lebih kecil tapi pekerjaan lebih sulit dibanding orang Jepang.
Kesalahan sekecil apapun dapat dihukum berat. Tak heran jika ketika Korea baru
bebas, bangsa itu kekurangan sumber daya manusia yang bermutu akibat pembatasan
di bidang pendidikan dan kesempatan lain. Korea harus bekerja keras mengejar
ketertinggalan dan boleh dibilang sukses walaupun dalam bidang berbeda. Korea
Utara unggul dalam militer dan Korea Selatan unggul dalam ekonomi.nMengingat
keterbatasan data, tak banyak yang dapat disajikan tentang suasana pendudukan
Jepang dan perlawanan Korea.
Di Cina, peluang melawan sangat besar karena sebagian besar
wilayah Cina masih bebas. Tapi sayang, Cina dilanda perang saudara –terutama
antara komunis dengan nasionalis– sehingga sulit membentuk gerakan perlawanan
terpadu. Usaha bersatu selalu gagal karena perbedaan ideologi yang jelas.
Sejak tahun 1934 komunis pimpinan Mao Tse-tung memilih Yenan
sebagai markas pusat karena didesak oleh nasionalis pimpinan Chiang Kai-shek.
Wilayah tersebut kering dan miskin. Kedua fihak tersebut muncul akibat Revolusi
Cina yang berkobar sejak 1911, revolusi untuk meruntuhkan Dinasti Manchu
(1644-1912) dan mengubah Cina menjadi republik. Pada awalnya komunis dan
nasionalis bersatu di pimpin oleh Sun Yat-sen, tokoh nasionalis. Pada tahun
1925 Sun wafat dan diganti oleh Chiang, Chiang makin lama makin kurang suka
dengan komunis dan melaksanakan pembersihan besar-besaran terhadap komunis pada
1927. Selama beberapa tahun internasional mengakui nasionalis sebagai
pemerintah yang sah di Cina.
Sejak tahun 1938 Chiang Kai-shek menetap di Chungking, kota
di tepi Sungai Yangtze jauh di pedalaman. Pasukan Jepang telah memaksa Chiang
melepas Nanking pada Desember 1937 yang sekian lama menjadi ibukota nasionalis.
Harapan Chiang untuk melibatkan negara lain –khususnya AS– berperang melawan
Jepang tercapai setelah peristiwa di Pearl Harbor. Cina perlu hubungan ke luar
negeri dan itu sulit dilaksanakan mengingat pesisir telah direbut Jepang dan
kekurangan fasilitas perhubungan. Ketika Perang Pasifik berkobar AS dan Inggris
berusaha membangun pangkalan di India untuk membantu Cina, juga beberapa
pangkalan Sekutu dibangun di Cina. Penaklukan Birma mempersulit pengiriman
bantuan.
Mengingat Cina adalah negeri luas, alam tak ramah, penduduk
yang banyak dan ulet serta faktor lain telah menjadikan Cina sebagai pengganggu
yang menjengkelkan, karena memaksa Jepang harus menahan pasukan sekitar
1.000.000 orang padahal mereka diperlukan di tempat lain. Perlawanan Cina
menghambat gerak maju pasukan Jepang ke wilayah lain. Hal itu memberi dalih
kepada Jepang untuk bersikap kejam menumpas perlawanan supaya Cina menyerah
selekas mungkin. Pembalasan berupa pembantaian, perusakan dan penjarahan
besar-besaran tanpa pilih-pilih oleh pasukan Jepang karena perlawanan Cina
menjadi menu sehari-hari. Kekejaman tersebut lebih membangkitkan kebencian dari
pada ketakutan dan makin menambah perlawanan. Hingga perang usai, Jepang tidak
pernah betul-betul menguasai wilayah yang direbut karena diganggu perlawanan
Cina.
Bagi Sekutu, menahan pasukan Jepang sebanyak mungkin dan
selama mungkin di Cina supaya tidak dikirim ke tempat lain adalah tujuan. Untuk
itu Sekutu berusaha membantu Cina supaya mampu berperang selama mungkin. Usaha
merebut Birma adalah bagian dari bantuan Sekutu kepada Cina. Juga beberapa
personal militer Sekutu dikirim untuk melatih tentara Cina.Bicara tentang
perang gerilya, komunis lebih mahir. Keseriusan komunis meraih simpati
berakibat banyak warga bergabung. Mao melaksanakan disiplin sedemikian rupa
sehingga walau serba kekurangan masih sanggup melawan dengan ampuh.
Kedisiplinan tersebut tidak terdapat pada nasionalis.
Pemerintahan Chiang penuh dengan korupsi, kolusi dan nepotisme. Dukungan para
tuan tanah dan feodalis lain pada rezimnya berakibat bangkit kebencian rakyat
pada rezim, kebencian tersebut bertambah karena kaum feodalis tersebut cenderung
bekerja sama dengan Jepang. Hal tersebut dimanfaatkan dengan lihai oleh
komunis. Selain melawan Jepang, komunis juga tidak segan bertindak kejam
terhadap kaum feodalis sehingga mereka praktis bebas berbaur dengan warga tanpa
takut dikhianati. Doktrin Mao adalah “tentara dan warga ibarat ikan dengan air”
memang serius dilaksanakan.
Mungkin
Cina adalah yang paling berat menanggung derita pendudukan Jepang dibanding
yang lain. Sekitar 15.000.000 orang tewas sejak perang berkobar dengan Jepang
pada 1937 dengan berbagai sebab antara lain aksi militer maupun dampak tak
langsung dari perang semisal kurang gizi dan wabah. Bantuan dari Sekutu jelas
tak cukup.
Di Filipina, rakyat relatif cepat pulih dari rasa kaget
akibat serbuan pasukan Jepang. Berbagai gerakan perlawanan tampil tapi kadang
tidak rukun. Setelah beberapa waktu terjadilah penggabungan: kelompok kecil
“diserap” oleh kelompok besar. Muncul nama-nama tokoh perlawanan semisal Luis
Taruc, Ramon Magsaysay dan Ferdinand Marcos.
Walaupun MacArthur tahu bahwa gerakan perlawanan ada tetapi
tidak jelas nama kelompok dan tokohnya. Sekitar awal 1943 dia mencoba menjalin
hubungan dengan Filipina dalam bentuk mengirim spion dengan kapal selam. Selain
spion dia juga mengirim berbagai bantuan semisal senjata, amunisi dan radio.
Beberapa waktu kemudian jaringan spionase tersebut telah tersebar di seantero
Filipina, bahkan ke Manila. Rakyat Filipina makin percaya bahwa Sekutu akan
kembali. Pemberian kemerdekaan pada 14 Oktober 1943 praktis diabaikan karena
suasananya tetap tidak merdeka. Pemberian kemerdekaan palsu tersebut di atas
menampilkan Jose P. Laurel sebagai presiden.
Rakyat Filipina mengembangkan sikap yang mungkin unik
terhadap orang yang bekerja sama dengan Jepang. Mereka cenderung menganggap
bahwa para antek tersebut berusaha mengurangi kekejaman Jepang dan boleh
dibilang hal itu ada benarnya. Para antek tersebut secara rahasia melawan
Jepang dan para aktivis kemerdekaan memerlukan mereka untuk mendapat berbagai
data.
Pekerjaan spionase memiliki resiko besar. Tidak jarang orang
yang tak tahu apapun tentang itu harus menanggung resikonya. Jika seorang spion
tertangkap, aparat Jepang segera menciduk orang-orang yang kenal dengannya
semisal keluarga dan teman. Selanjutnya pembaca dapat menebak nasib mereka.
Pembantaian warga dan pembakaran desa juga terjadi di
Filipina, membunuh seorang Jepang dibalas dengan membunuh atau menangkap banyak
orang. Karena itulah MacArthur menghimbau rakyat untuk tidak melawan
terang-terangan. Sebelum pasukan Sekutu tiba di Filipina, MacArthur hanya perlu
data. Karena itu jarang terjadi pertempuran. Umumnya pertempuran terjadi karena
melindungi markas, merebut logistik atau markas Jepang. Pasukan Sekutu menyerbu
Filipina pada 20 Oktober 1944, dengan demikian terpenuhilah janji MacArthur
yang terkenal I shall return (saya akan kembali).
Di Birma, Jepang juga memberi kemerdekaan semu pada 1
Agustus 1943. Presidennya adalah Ba Maw dan tentaranya adalah Tentara
Pertahanan Birma. Tentara ini menggantikan Tentara Kemerdekaan Birma. Walaupun
ada pergantian organisasi, pada hakikatnya sama saja yaitu dipengaruhi oleh
gerakan “Tiga Puluh Sekawan” pimpinan Aung San, bahkan rezim Ba Maw dipengaruhi
olehnya. Ada empat anggota kabinetnya yang sesungguhnya aktivis kemerdekaan.
Selama pendudukan Jepang, Aung San menghimpun kekuatan dan
menyebar pengaruh praktis tanpa diketahui Jepang. Agaknya Jepang lebih sibuk
mempersiapkan serbuan ke India. Kelak ketika pasukan Sekutu tiba, dia
menampilkan niat aslinya: berontak terhadap Jepang. Karena itu praktis tidak
ada pemberontakan terbuka hingga tahun 1945, walaupun derita karena pendudukan
juga hadir di Birma.
Untuk mempermudah gerakan pasukan dan logistik –antara lain
sebagai persiapan menyerbu India– Jepang membuat proyek terkenal dengan nama
“Jalur Rel Maut”. Jalur tersebut dibuat untuk menghubungkan Muangthai dengan
Birma dengan menggunakan tenaga paksa dari tawanan maupun warga dari berbagai
bangsa antara lain Indonesia. Proyek tersebut meminta tumbal besar: ribuan
tewas karena kurang kepedulian, perlakuan kejam dan kasus kecelakaan.
Selebihnya ada yang terpaksa menetap karena tak mampu pulang atau hilang entah
ke mana. Ada juga yang kelak mendapat perawatan dari Sekutu setelah usai
perang.
Usaha merebut Birma dimulai pada Oktober 1943 oleh pasukan
Cina yang dilatih dan dilengkapi oleh AS di India. Tokoh yang terkemuka di
arena ini antara lain Letnan Jenderal Joseph W. Stilwell dari AS dan Laksamana
Lord Louis Mountbatten dari Inggris.
Di Malaya (termasuk Singapura), Jepang mencoba memberi
perlakuan berbeda antara tiga kelompok besar rakyat Malaya yaitu Melayu, Cina
dan Keling. Yang paling menderita adalah Cina sebagai akibat Perang Cina-Jepang
II, Jepang secara sistematis membunuh orang Cina dengan berbagai dalih antara
lain tuduhan komunis walaupun secara umum orang Cina hidup sebagai kapitalis.
Memang ada yang berfaham komunis tetapi mereka lolos dan membentuk kelompok
perlawanan. Kelompok yang terkemuka adalah “Tentara Rakyat Malaya Anti Jepang”,
kelompok tersebut dibantu orang Inggris yang sempat lolos atau mencoba
melaksanakan gerilya yang telah direncanakan sebelum perang. Kadang kala
bantuan Sekutu disusupkan kepada mereka.
Orang Melayu mungkin sedikit lebih beruntung. Jepang
memerlukan mereka untuk kelak membentuk pemerintahan Melayu masa depan. Demikian
pula orang Keling, mereka diperlukan untuk membentuk pemerintahan India.
Walaupun demikian, ribuan orang Melayu didaftar untuk ikut dalam berbagai
proyek pembangunan antara lain “Jalur rel Maut” di Birma dan Muangthai.
Sebagian mereka tewas atau hilang.
Di Hindia Belanda tidak ada yang berubah kecuali pengawasan
lebih ketat atau perlakuan lebih kejam. Pada 20 Maret 1942 Jepang mengumumkan
larangan membicarakan dalam bentuk apapun soal tata negara. Larangan tersebut
dibuat sedemikian rupa sehingga berbagai partai yang dibentuk pada masa
kolonial Belanda praktis tak berkutik. Jepang cenderung pada organisasi baru
dengan para tokoh yang terkenal sekaligus mau bekerja sama. Secara umum rakyat
Indonesia tidak punya pilihan, Belanda tidak mempersiapkan rakyat untuk melawan
Jepang. Belanda membiarkan rakyat tak berdaya jatuh dicengkeram Jepang.
Soekarno, Hatta dan beberapa tokoh lain memilih kerja sama
dengan Jepang untuk menuju Indonesia merdeka, mereka menempuh itu karena sudah
terkenal sehingga sulit untuk sembunyi. Beberapa organisasi dibentuk antara
lain “Putera” (Pusat Tenaga Rakyat), secara resmi Putera berfungsi menghimpun
potensi rakyat membantu Jepang. Beberapa orang Indonesia diberi jabatan yang
dulu terlarang oleh Belanda, atau beberapa jabatan baru diciptakan dan diisi
orang Indonesia. Jepang berniat membawa rakyat terlibat perang dengan Sekutu
sambil meredam hasrat kemerdekaan. Tapi hal tersebut diketahui oleh para tokoh.
Karena itu pada tiap kesempatan mereka mengingatkan rakyat untuk tidak lupa pada
tujuan pokok: merdeka! Propaganda anti Sekutu dengan cerdik disusupi dengan
propaganda anti Jepang Adapun Sutan Syahrir dan beberapa orang lain memilih
jaga jarak dan melawan secara rahasia.
Tanpa propaganda apapun, rasa anti Jepang muncul jua.
Dimulai dari larangan mengibarkan bendera Merah Putih dan menyanyi “Indonesia
Raya”, keharusan menundukkan kepala pada orang Jepang yang ditemui hingga
berbagai perlakuan kejam. Pemberontakan muncul antara lain di Aceh, Jawa Barat
dan Irian Barat. Di Kalimantan Barat pernah terjadi pembunuhan massal mencakup
keluarga sultan, orang Barat dan warga lokal dengan dalih percobaan berontak.
Konon di Irian Barat, pernah ada proyek Jepangisasi dengan pembunuhan massal
dan wilayah tersebut kelak diisi dengan orang Jepang. Jika proyek tersebut
sukses, akan dicoba di tempat lain. Proyek di Irian Barat itu dilaksanakan
sambil menumpas pemberontakan yang terjadi. Pembunuhan massal juga terjadi di
Kepulauan Tanimbar.
Ketika perang berubah merugikan Jepang, orang Indonesia
diizinkan berlatih militer untuk menghadapi kemungkinan serbuan Sekutu. Di
Sumatera dibentuk Gyu Gun dan di Jawa dibentuk Peta (Pembela Tanah Air). Selain
itu dibentuk pula organisasi semi-militer semisal Hizbullah dan Seinandan.
Orang Indonesia yang berdinas dalam militer Jepang disebut Heiho, Jepang
menggaji mereka dan bebas mengirim ke berbagai medan perang semisal Birma dan
Morotai.
Pada 7 September 1944 Perdana Menteri Kuniyaki Koiso
berjanji memberi kemerdekaan kepada Indonesia “kelak kemudian hari”, sejak itu
berangsur-angsur kelonggaran diberikan antara lain mengibarkan bendera nasional
dan menyanyikan lagu nasional.nSementara itu pasukan Sekutu telah masuk di
beberapa tempat di Hindia Belanda yaitu pesisir utara Irian Barat, Maluku Utara
dan Kalimantan Timur. Jepang memacu gerak menuju Indonesia merdeka guna
mencegah Belanda datang kembali, mengingat Belanda adalah anggota Sekutu dan
pasukan Belanda memang bergabung dalam pasukan Sekutu menyerbu wilayah tersebut
tadi.
Langkah awal persiapan kemerdekaan adalah membentuk “Badan
Penyelidik Usaha Kemerdekaan Indonesia” (BPUPKI). Di situ terdapat Soekarno,
Hatta, Agoes Salim, Ki Bagoes Hadikoesoemo, Ki Hajar Dewantara, Muhammad Yamin
dan lain-lain. Mereka terlibat pembahasan sengit mengenai bentuk Indonesia merdeka.
Ada yang mengusulkan Indonesia berdasar Islam dalam arti kewajiban melaksanakan
syari’at Islam bagi pemeluknya, ada pula yang menolaknya dengan dalih Indonesia
terdiri berbagai umat walaupun kaum Muslim adalah mayoritas. Pembahasan
tersebut kemudian menghasilkan dasar negara yang dikenal dengan Piagam
Jakarta 22 Juni 1945.
BPUPKI diganti dengan “Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia” (PPKI), beberapa orang adalah mantan dari BPUPKI. Kelak PPKI sempat
mengalami proklamasi kemerdekaan, pengesahan konstitusi dan pemilihan presiden
serta wakil presiden.
Di Indocina, sejak sebelum Perang Dunia II telah ada gerakan
kemerdekaan. Tokoh yang terkemuka adalah Ho Chi Minh, pada 1920 dia membentuk
“Partai Komunis Vietnam” dan pernah berontak melawan kolonial Perancis.
Pemberontakan tersebut gagal, tapi peristiwa tersebut telah menempatkan komunis
sebagai aktivis kemerdekaan paling tangguh di Indocina. Pada tahun 1941 dia
membentuk “Vietminh” (Liga Kemerdekaan Vietnam), ketika itu pasukan Jepang
telah masuk Indocina dengan persetujuan pemerintahan Perancis pro Nazi, yang
dikenal dengan sebutan “Vichy”.
Hingga Maret 1945 hubungan Perancis-Jepang di Indocina
relatif baik. Jepang hanya perlu Indocina sebagai pangkalan militer, adapun
urusan sipil tetap wewenang Perancis. Sejak tahun 1932 Raja Bao Dai berkuasa di
bawah Perancis, tugasnya praktis hanya lambang. Ketika Jepang menghapus
kolonialisme Perancis, kekuasaan Raja Bao Dai ala Perancis tetap dipertahankan.
Raja berusaha meraih kekuasaan lebih dari sekedar lambang namun gagal. Sulit
mengajak orang bekerja sama dengan suasana tidak menentu, orang Vietnam yang
cakap cenderung lebih suka melawan Jepang dari pada kerja sama.
Sekutu pernah mencoba menjalin hubungan dengan Vietminh,
beberapa spion dikirim menemui Ho Chi Minh. Hasilnya adalah Vietminh mencari
data Jepang dan pilot Sekutu yang jatuh, Sekutu memberi senjata dan
perlengkapan lain. Ketika perang usai Vietminh kuat di utara dan membentuk
Republik Demokrasi Vietnam di Hanoi.
Di India, pasukan Jepang sempat masuk pada 8 Maret 1944
tetapi dipaksa pergi pada 8 Juli 1944 setelah pertempuran sengit dekat
perbatasan Birma-India. Jepang sempat membentuk tentara India pro Jepang yang
dikenal dengan “Tentara Nasional India” (INA) bersama aktivis kemerdekaan
bernama Subhas Chandra Bose. Tentara tersebut umumnya beranggota orang India
yang berdinas dalam militer Inggris dan ditangkap Jepang di Birma dan Malaya.
Jepang menggunakan mereka untuk bersama menyerbu India dan membangkitkan
pemberontakan terhadap kolonial Inggris. Usaha merebut India gagal, INA bubar
setelah Sekutu merebut Birma dan Bose tewas dalam suatu perjalanan dengan
pesawat Jepang.
Secara
umum suasana pendudukan Jepang boleh dibilang sama terutama dalam arti mendapat
derita yang sama yaitu:
- Serba kekurangan, tujuan perang Jepang adalah merebut wilayah untuk dikeruk sumber alamnya, diisi dengan bangsa Jepang dan menjadi wilayah pemasaran barang serta jasa. Harta paling berharga adalah firdaus tropis Hindia Belanda: sumber alam kaya, wilayah luas, letak strategis dan rakyat masih bodoh. Bahkan bukan hanya sumber alam yang dikeruk, tetapi berbagai fasilitas juga diangkut semisal rel, lokomotif, gerbong, mobil, truk, bis, tiang listrik, pagar sampai besi tua. Tekstil sedemikian langka sehingga banyak orang menutup tubuh –dan jenazah– dengan karung.
Perhiasan perempuan juga tak luput dari permintaan untuk
disumbangkan, banyak yang mencoba menyembunyikan antara lain dengan dikubur.
Kelaparan tak terelakkan, beras –sama halnya dengan tekstil–
berlimpah tapi hampir semua disimpan dalam gudang untuk persiapan perang. Pada
perioda tersebut sudah menjadi pemandangan biasa melihat mayat terkapar di
mana-mana atau orang dengan kulit pembungkus tulang karena kelaparan.
Jepang menghadapi masalah pengiriman ke dan dari Jepang. Sejak
1943 kapal selam Sekutu berkeliaran mencari mangsa dan mengirim kapal-kapal
Jepang ke dasar laut. Akibatnya ganda, serba kekurangan di luar dan dalam
negeri.
Untuk meningkatkan produksi pangan terutama beras, hutan
dibuka untuk lahan pertanian dan perkebunan. Mengingat suasana darurat,
pembukaan hutan dilaksanakan tanpa perhitungan cermat. Hasilnya, kekeringan di
musim panas dan kebanjiran di musim hujan.
- Serba ketakutan, turut menyumbang suasana ini. Antara lain tak jelas apakah besok dapat makan atau belanja.
Aparat Jepang sangat mudah curiga dan dengan demikian sangat
mudah menuduh, menangkap, menyiksa, membunuh orang dengan tuduhan spionase anti
Jepang. Yang menjadi sasaran kecurigaan ini umumnya kelompok menengah ke atas.
Kaum intelek dicurigai sebagai antek Barat dan kaum kaya dicurigai membiayai
kegiatan anti Jepang. Aparat yang terkenal dalam hal ini adalah Kenpeitai,
semacam polisi rahasia. Kekejamannya selevel dengan rekan Jepang di Barat
selama Perang Dunia II yaitu Gestapo, polisi rahasia Jerman perioda
Nazi.
Untuk mengeruk sumber daya alam perlu sumber daya manusia,
demikian pula untuk proyek pembangunan dan perawatan. Aparat Jepang tidak segan
menciduk orang seenaknya untuk tujuan tersebut. Ada juga yang ditipu dengan
janji mendapat pekerjaan enak dan penghasilan enak. Sampai di tujuan bukan
kedua hal tersebut yang dijumpai tapi segala yang tidak enak mencakup
pekerjaan, perlakuan dan lingkungan. Sumber daya manusia demikian lazim disebut
romusha (prajurit kerja). Mereka dikirim sesuai kebutuhan semisal proyek
“Jalur Rel Maut” Birma-Muangthai.
Jepang juga pernah membangun jalur rel Sijunjung-Pekanbaru
menembus hutan, rawa dan menyeberangi sungai dengan tenaga romusha. Para
tawanan juga digunakan, ada orang Belanda, Inggris, Australia dan Amerika.
Untuk menghadapi kemungkinan serbuan Sekutu maka perlu
membangun kubu pertahanan semisal bunker, gua dan benteng. Tenaga yang
paling murah tentu siapa lagi kalau bukan romusha. Maka bekerja keras dan
diperlakukan keras para romusha membangun kubu pertahanan. Ada yang selesai ada
pula yang tak kunjung selesai. Semua proyek tersebut minta korban besar: tewas,
hilang atau cacat.
Bangsa Jepang memang ahli membangun di dalam tanah. Kisah
Perang Pasifik penuh dengan perang dari gua ke gua mengingat gua sulit direbut
sekaligus mudah dipertahankan. Sekutu belajar merebut atau menghancurkan gua
pertahanan dengan korban begitu besar.
Jika romusha adalah penderitaan untuk lelaki, maka ada pula
penderitaan untuk perempuan yang dikenal dengan istilah juugun ianfu,
yang diterjemahkan dengan perempuan penghibur atau comfort woman.
Perekrutannya mirip dengan romusha: paksa atau tipu. Ditipu dengan janji
pekerjaan dan penghasilan enak, atau janji akan disekolahkan di Jepang. Sampai
di tujuan bukan sekolah yang dijumpai tetapi bordil, yang dikenal dengan
istilah rumah panjang, rumah kuning atau rumah bambu.
Bordil tersebut terutama disediakan untuk militer mengingat
resiko pekerjaan yang lebih berat dari pada sipil. Ketegangan akibat perang
memerlukan ketenangan dan rumah bordil adalah tempatnya. Jepang membangun
banyak bordil: tersebar dari Manchuria di utara hingga New Britain di
selatan. Sekitar 200.000 perempuan berbagai bangsa direkrut jadi juugun
ianfu. Ada Korea, Cina, Indonesia, Filipina, Belanda dan lain-lain. Mereka
umumnya harus melayani sekitar 30-40 orang per hari. Sama hal dengan romusha,
mereka kurang perawatan. Di kamp tawanan yang dihuni warga negara Sekutu, ada
kasus beberapa perempuan dipanggil dengan dalih periksa kesehatan. Dan mereka
tidak kembali lagi. Ini jelas membangkitkan ketakutan.
Jenis kekejaman lain yang mengerikan adalah praktek
kanibalisme. Masuk tahun 1944 pasukan Jepang harus melepas banyak pangkalan
akibat gerak maju pasukan Sekutu. Ada pula beberapa pangkalan yang terpencil
akibat gerakan tersebut. Serba kekurangan tak terhindarkan termasuk pangan,
kelaparan pun dialami pasukan Jepang. Untuk menyelesaikan masalah tersebut
dipilih cara kanibalisme. Beberapa tawanan diambil dan dibunuh kemudian
dijadikan santapan. Sejauh pengetahuan penulis, kasus tersebut banyak terjadi
di arena Pasifik Barat Daya.
Sungguh, perilaku kejam Jepang yang juga berlaku terhadap
sesama Timur praktis menggagalkan usaha membentuk front bersama “Kawasan
Sekemakmuran Asia Timur Raya” pimpinan Jepang. Konferensi mengenai hal tersebut
yang dilaksanakan di Tokyo pada November 1943 praktis mubazir karena hanya
sukses di atas kertas tapi gagal di lapangan. Sama halnya dengan Jerman, Jepang
merasa dirinya sebagai bangsa unggul. Tidak sudi dianggap sederajat walau
dengan sesama Timur.
JEPANG DALAM
PERANG DUNIA II
Jepang terjun
dalam kancah PD II pada tanggal 7 Desember 1941 yaitu dengan menyerang
pangkalan militer Angkatan Laut USA di Hawaii.
Adapun
sebab-sebab Jepang ikut serta dalam PD II:
1.
Imperalisme Jepang yang
erat kaitannya dengan tuntutan Hakko ichi u.
Jepang
yang mengedepankan kesatuan atas semua daratan Asia menentang segala bentuk
kekuatan yang dilancarkan oleh Barat. Dalam hal ini Jepang memiliki dendam
dengan pihak barat dengan banyaknya kecurangan dari pihak barat. Pada
perjanjian Shimonoseki merupakan Jepang terlalu disudutkan dengan keputusan
Towsend Harris yang meminta hak lebih terhadap Amerika. Jepang yang selalu di
rugikan oleh setiap tindakan Negara-negara Barat menghendaki pembalasan dendam
terhadap Negara barat dengan menyaingi mereka di segala bidang. Dengan menyadur
teknologi dari barat menjadikan kekuatan Jepang menjadi semakin berkembang.
Jepang semakin menjadi membenci Negara-negara barat dengan politik Ekonomi
perlindungan terhadap hasil industry Negara masing-masing. Jepang yang hanya
mengandalkan Industri Sutera mengalami keterpurukan ekonomi Akibat krisis
ekonomi global tahun 1929.
Dengan
Krisi yang terjadi Jepang mengalami banyak bencana. Kelaparan dan kekurangan
dalam sehala bidang. Kondisi yang semakin parah mengakibatkan Jepang mengambil
keputusan untuk mencari darah baru, untuk menanggulangi bencana tersebut.
Manchuria yang merupakan dataran yang kosong menjadi sasaran untuk Jepang
memenuhi kebutuhan negaranya. Jepang yang sangat ambisius melakukan segala
tindakan untuk menguasai Manchuria. Dengan mendirikan Negara Boneka Manchuko,
membuat Jepang semakin menjadi. Jepang melakukan serangan serangan terhadap
tentara Kwantung yang menurut mereka melakukan tindakan yang menurut Jepang
menentang semua tindakan Jepang tersebut.
Tindakan
ini membuat Liga Bangsa-Bangsa yang meruapakan organisasi yang berperan dalam
perdamaian Dunia menjadi geram. Liga Bangsa-Bangsa mengutus beberapa orang
untuk menyelidiki segala laporan terhadap seluruh tindakan Jepang. Hasilnya
Liga Bangsa-Bangsa memutuskan Jepang harus menarik pasukannya di Manchuria di
karenakan Jepang melakukan suatu tindakan yang melanggar HAM.
Perwakilan
Jepang dalam Liga Bangsa-Bangsa menyatakan pernyataan tersebut sebagai suatu
tindakan menghina Jepang. Dengan hal tersebut perwakilan Jepang di Liga
Bangsa-Bangsa menyatakan Pengunduran diri Jepang dari Liga Bangsa-Bangsa.
2.
Keinginan Jepang untuk
menggantikan kedudukan Negara-negara barat di Asia.
Jepang
yang merasa Ras unggul dari Negara-negara lain di Asia melancarkan serangan
untuk menghancurkan segala kekuatan Imperialisme Barat yang menguasai
kawasan-kawasan Asia. Jepang mulai melncarkan serangannya dengan menyerang
shanghai dan Indo China yang di kuasai oleh Inggris dan Perancis. Mereka
memukul pasukan Inggris dan Perancis yang ada di Inggris dan Perancis. Kemudian
Jepang memukul mundur tentara di kawasan Philipin dan mulai menghancurkan
kekuatan Belanda di Hindia Timur.
3.
Jepang sebagai Negara
yang sudah maju, sederajad dengan barat merasa berhak bertindak layaknya
Negara-negara barat.
Jepang
yang merupakan Negara yang telah bangkit dan menguasai Industri, mereka
menganggap bahwa mereka sama derajatna dengan Negara-negara Barat yang
merupakan guru dari Bangsa Jepang. Jepang menganggap bahwa setiap
4.
Jepang merasa telah
kuat dalam hal militer dengan meniru angkatan darat dari Jerman dan meniru
angkatan laut dari Inggris.
5.
Dorongan atas
kemenangan Jerman di Eropa yang menandai kemerosotan keuatan Negara sekutu.
Dalam
buku sari sejarah Soebantardjo jilid I, dijelaskan bahwa jalannya PD II dapat
dibedakan menjadi 3 bagian yakni:
Ø Tahun
1941-1942
Melalui sejumlah peperangan
akhirnya Jepang berhasil menduduki Malaya, Singapura, Birma, Indonesia,
Filipina, dan Kepulauan Solomon.
Ø Tahun
1942
Jepang mulai mengalami kemunduran
dalam perang asia pasifik yaitu kekalahan dalam berbagai pertempuran
diantaranya kekalahan dalam pertempuran laut karang(4 Mei 1942), kekalahan di
Guadalcanal (6 November 1942), pertempuran dikep. Bismarck (1 Maret 1942)
disinilah Laksamana Yamamoto gugur.
Ø Tahun
1943-1945
Karena kekalahan demi kekalahan
dalam setiap pertempuran Jepang akhirnya tak kuasa melawan sekutu apalagi
setelah sekutu menjatuhkan bom atom, yang membuat Jepang menyerah tanpa Syarat.
Pemboman Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945, pada tanggal 8 Agustus 1945 Uni
soviet menyatakan perang terhadap Jepang, pada tanggal 9 Agustus 1945 Nagasaki
dibom atom. Pada tanggal 14 agustus 1945 Jepang Menyerah tanpa syarat.
Penyerahan Jepang tanpa syarat
secara resmi ditandatangani pada tanggal 2 September 1945 diatas kapal perang
Missouri di teluk Tokyo.
Isinya antara lain :
- Jepang kehilangan Korea, Mansyuria, Formosa, Sakhalin selatan dan Kep. Kuril. Korea akan merdeka, Mansyuria dan Formosa kembali ke China dan Sakhalin selatan dan Kep. Kuril diambil alih oleh Uni Soviet.
- Selama perjanjian perdamaian antara sekutu dan Jepang belum ditandatangani, selama itu Jepang akan diduduki oleh tentara sekutu (USA).
DAFTAR PUSATAKA
Beasley, W.G..Pengalaman
Jepang.2003. Jakarta:OBOR.
Colton, Joel, Abad
Besar Manusia-Abad Ke Dua Puluh. 1980. Jakarta: Tira Pustaka.
Yenne,Bill.
100 Peristiwa Yang Berpengaruh Di Dalam sejarah Dunia.1993. Jakarta: Kharisma
Publishing Group.
Mizuno,Yu.,d.k.k.Sejarah
Dan Kebudayaan Jepang.1989.Japan International Agency.
http://id. militerisme jepang.org.id
P.K.Ojong.Perang Pasifik. . Jakarta: Gramedia
menarik sekali.. saya suka sejarah.. jadi suka juga sama kamu hihihi :D
BalasHapusblognya sangat bagus sekali kak
BalasHapusseo marketing