Selasa, 31 Desember 2013

Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya



Judul               : Manusia dan Alam Semesta: Konsepsi Islam tentang Jagat Raya
Penulis             : Murtadha Muthahhari
Penerbit           : PT Lentera Basritama
Tahun              : 2002
Halaman          : 594

            Pada umumnya, binatang memiliki kemampuan melihat dan mengenal dirinya sendiri dan dunia sekitarnya. Dengan berbekal pengetahuan yang didapat dari melihat, binatang berupaya mendapatkan apa yang diinginkannya sedangkan manusia berupaya mewujudkan keinginannya. Manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya, bedanya manusia lebih tahu, lebih mengerti, dan lebih tinggi tingkatan keinginannya. Dari segi pengetahuannya, binatang tak sanggup keluar dari kerangka lahiriahnya, kekhususannya, lingkungan hidupnya, dan masa sekarangnya. Dari sudut pandang dan ambisi dan aspirasinya, kedudukan manusia luar biasa, karena dia adalah makhluk yang idealistis, tinggi cita-cita dan pemikirannya. Kesimpulannya adalah bahwa yang membedakan secara mendasar antara manusia dan makhluk hidup lainnya adalah pengetahuan dan agama, dan bahwa pengetahuan dan agama merupakan dasar dari ras manusia, dan ras manusia ini bergantung pada pengetahuan agama.
            Hubungan antara ilmu pengetahuan dan agama dapat dibahas dari dua sudut pandang. Sudut pandang yang pertama adalah kita lihat apakah ada sebuah agama yang konsepsinya melahirkan keimanan dan sekaligus rasional, atau semua gagasan yang ilmiah itu bertentangan dengan agama. Sudut pandang kedua yang menjadi landasan dalam membahas hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan adalah pertanyaan tentang bagaimana keduanya ini berpengaruh pada manusia. Ilmu pengetahuan memberikan kepada kita cahaya dan kekuatan. Agama member kita cinta, harapan dan kehangatan. Ilmu pengetahuan membantu meciptakan peralatan dan mempercepat laju kemajuan. Agama menetapkan maksud upaya manusia dan sekaligus mengarahkan upaya tersebut. Ilmu pengetahuan membawa revolusi lahiriah (material). Agama membawa revolusi batiniah (spiritual). Ilmu penegtahuan menjadiakn dunia ini dunia manusia, agama menjadikan kehidupan sebagai kehidupan manusia.
            Telah kita ketahui bahwa antara agama dan ilmu pengetahuan tak ada pertentangan, justru keduanya saling mengisi. Bahwa ilmu pengetahuan tak dapat menggantikan peran agama, karena agama memberikan kasih sayang, harapan, cahaya, dan kekuatan. Agama meninggikan nilai keinginan kita, di samping membantu kita mewujudkan tujuan kita, menyingkirkan unsur egoism dan individualisme jauh-jauh dari keinginan dan ideal kita, dan meletakan keinginan dan ideal kita itu di atas hubungan moral serta spiritual. Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa akibat dari memisahkan antara ilmu pengetahuan dan agama, telah terjadi kerugian yang tak dapat ditutup. Agama harus dipahami dengan memperhatikan ilmu pengetahuan, sehingga tidak terjadi pembaharuan agama dengan mitos. Agama tanpa ilmu pengetahuan berakhir dengan kemandekan dan prasangka buta, dan tak dapat mencapai tujuan. Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah seperti sebilah pedang tajam di tangan pemabuk yang kejam, itulah sebabnya sama sekali tak ada bedanya antara watak dan perilaku orang yang tak beriman dewasa ini yang berilmu pengetahuan dan orang yang tak beriman pada masa dahulu yang tidak berilmu pengetahuan.
            Sesungguhnya, ideologi tidak dapat dipaksa tunduk kepada sesuatu, namun ideologi tidak menuntut kedududukan melainkan keyakinan. Islam yang didasarkan pada konsepsi yang sempurna tentang alam semesta, merupakan mazhab yang realities lagi lengkap. Al-Qur’an mendorong manusia untuk berpikir. Al-Qur’an bukan saja menunjukkan penyebab kesalahan berpikir, dan yang dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan dan informasi. Cara berpikir sebuah mahzab tentang kehidupan dan alam semesta dianggap sebagai dasar dari segenap pemikiran mahzab itu. Dasar ini disebut konsepsi mahzab tentang alam semesta. Islam adalah sebuah agama yang realities, ini menunjukan bahwa syarat pertama menjadi seorang Muslim adalah menerima realitas kebenaran.
            Baik tauhid maupun kemusyrikan ada tingkatan dan tahapannya masing-masing. Tauhid zat Allah, bahwa Allah Esa dalam Zat-Nya, Tauhid dalam perbuatan Allah, dan Tauhid dalam Ibadah. Penyatuan realities eksitensi manusia dalam sebuah sistem psikologis yang selaras dengan kecenderungan manusiawi dan evolusionernya, begitu juga penyatuan masyarakat manusia dalam sebuah sitem sosial yang harmonis dan evolusioner. Bukan saja tauhid yang terdapat tingkatannya, kemusyrikan juga ada tingkatannya. Sejarah memperlihatkan bahwa eksitensi beragam kemusyrikan selalu menandangi tauhid yang diajarkan oleh para Nabi. Namun, kalau melihat keseimbangan segenap eksitensi, maka dapat dikatakan di sini bahwa masalah-masalah kearifan dan keadilan ilahi saling berkaitan erat.
            Wahyu yang derajatnya paling tinggi adalah wahyu yang diberikan kepada Nabi. Basis wahyu seperti ini adalah kebutuhan manusia akan petunjuk Tuhan. Dimasa lalu peran nabi beragam. Memang ada kasus-kasus tertentu, di mana hati nurani kolektif manusia tidak lagi membutuhkan dukungan agama. Namun peran nabi yang sangat asasiah sangat dibutuhkan di masa mendatang. Al-Qur’an suci menyebutkan dua pokok persoalan tersebut, disebutkan terlebih dahulu ajaran-ajaran para nabi. Dua pokok persoalan adalah: (1) mengenal Allah dan mendekat kepada-Nya (2) menegakkan keadilan dalam masyarakat. Al-Qur’an suci adalah mukjizat abadi Nabi terakhir SAW. KItab suci merupakan bukti kenabiannya. Dengan demikian, mukjizat Nabi terakhir SAW, tak seperti mukjizat yang lain, abadi sifatnya, bukan dimaksudkan hanya untuk sementara waktu. Keabadian Al-Qur’an suci juga sesuai dengan keabadian pesannya yang tak akan pernah dicabut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar