Judul : Manusia dan Alam Semesta:
Konsepsi Islam tentang Jagat Raya
Penulis : Murtadha Muthahhari
Penerbit : PT Lentera Basritama
Tahun : 2002
Halaman : 594
Pada umumnya, binatang memiliki kemampuan melihat dan
mengenal dirinya sendiri dan dunia sekitarnya. Dengan berbekal pengetahuan yang
didapat dari melihat, binatang berupaya mendapatkan apa yang diinginkannya
sedangkan manusia berupaya mewujudkan keinginannya. Manusia berbeda dengan makhluk
hidup lainnya, bedanya manusia lebih tahu, lebih mengerti, dan lebih tinggi
tingkatan keinginannya. Dari segi pengetahuannya, binatang tak sanggup keluar
dari kerangka lahiriahnya, kekhususannya, lingkungan hidupnya, dan masa
sekarangnya. Dari sudut pandang dan ambisi dan aspirasinya, kedudukan manusia
luar biasa, karena dia adalah makhluk yang idealistis, tinggi cita-cita dan
pemikirannya. Kesimpulannya adalah bahwa yang membedakan secara mendasar antara
manusia dan makhluk hidup lainnya adalah pengetahuan dan agama, dan bahwa
pengetahuan dan agama merupakan dasar dari ras manusia, dan ras manusia ini
bergantung pada pengetahuan agama.
Hubungan antara ilmu pengetahuan dan agama dapat dibahas
dari dua sudut pandang. Sudut pandang yang pertama adalah kita lihat apakah ada
sebuah agama yang konsepsinya melahirkan keimanan dan sekaligus rasional, atau
semua gagasan yang ilmiah itu bertentangan dengan agama. Sudut pandang kedua
yang menjadi landasan dalam membahas hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan
adalah pertanyaan tentang bagaimana keduanya ini berpengaruh pada manusia. Ilmu
pengetahuan memberikan kepada kita cahaya dan kekuatan. Agama member kita
cinta, harapan dan kehangatan. Ilmu pengetahuan membantu meciptakan peralatan
dan mempercepat laju kemajuan. Agama menetapkan maksud upaya manusia dan
sekaligus mengarahkan upaya tersebut. Ilmu pengetahuan membawa revolusi
lahiriah (material). Agama membawa revolusi batiniah (spiritual). Ilmu
penegtahuan menjadiakn dunia ini dunia manusia, agama menjadikan kehidupan
sebagai kehidupan manusia.
Telah kita ketahui bahwa antara
agama dan ilmu pengetahuan tak ada pertentangan, justru keduanya saling
mengisi. Bahwa ilmu pengetahuan tak dapat menggantikan peran agama, karena
agama memberikan kasih sayang, harapan, cahaya, dan kekuatan. Agama meninggikan
nilai keinginan kita, di samping membantu kita mewujudkan tujuan kita,
menyingkirkan unsur egoism dan individualisme jauh-jauh dari keinginan dan
ideal kita, dan meletakan keinginan dan ideal kita itu di atas hubungan moral
serta spiritual. Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa akibat dari memisahkan
antara ilmu pengetahuan dan agama, telah terjadi kerugian yang tak dapat
ditutup. Agama harus dipahami dengan memperhatikan ilmu pengetahuan, sehingga
tidak terjadi pembaharuan agama dengan mitos. Agama tanpa ilmu pengetahuan
berakhir dengan kemandekan dan prasangka buta, dan tak dapat mencapai tujuan.
Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah seperti sebilah pedang tajam di tangan
pemabuk yang kejam, itulah sebabnya sama sekali tak ada bedanya antara watak
dan perilaku orang yang tak beriman dewasa ini yang berilmu pengetahuan dan
orang yang tak beriman pada masa dahulu yang tidak berilmu pengetahuan.
Sesungguhnya, ideologi tidak dapat
dipaksa tunduk kepada sesuatu, namun ideologi tidak menuntut kedududukan
melainkan keyakinan. Islam yang didasarkan pada konsepsi yang sempurna tentang
alam semesta, merupakan mazhab yang realities lagi lengkap. Al-Qur’an mendorong
manusia untuk berpikir. Al-Qur’an bukan saja menunjukkan penyebab kesalahan
berpikir, dan yang dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan dan informasi.
Cara berpikir sebuah mahzab tentang kehidupan dan alam semesta dianggap sebagai
dasar dari segenap pemikiran mahzab itu. Dasar ini disebut konsepsi mahzab
tentang alam semesta. Islam adalah sebuah agama yang realities, ini menunjukan
bahwa syarat pertama menjadi seorang Muslim adalah menerima realitas kebenaran.
Baik tauhid maupun kemusyrikan ada
tingkatan dan tahapannya masing-masing. Tauhid zat Allah, bahwa Allah Esa dalam
Zat-Nya, Tauhid dalam perbuatan Allah, dan Tauhid dalam Ibadah. Penyatuan
realities eksitensi manusia dalam sebuah sistem psikologis yang selaras dengan
kecenderungan manusiawi dan evolusionernya, begitu juga penyatuan masyarakat
manusia dalam sebuah sitem sosial yang harmonis dan evolusioner. Bukan saja
tauhid yang terdapat tingkatannya, kemusyrikan juga ada tingkatannya. Sejarah
memperlihatkan bahwa eksitensi beragam kemusyrikan selalu menandangi tauhid
yang diajarkan oleh para Nabi. Namun, kalau melihat keseimbangan segenap
eksitensi, maka dapat dikatakan di sini bahwa masalah-masalah kearifan dan
keadilan ilahi saling berkaitan erat.
Wahyu yang derajatnya paling tinggi
adalah wahyu yang diberikan kepada Nabi. Basis wahyu seperti ini adalah kebutuhan
manusia akan petunjuk Tuhan. Dimasa lalu peran nabi beragam. Memang ada
kasus-kasus tertentu, di mana hati nurani kolektif manusia tidak lagi
membutuhkan dukungan agama. Namun peran nabi yang sangat asasiah sangat
dibutuhkan di masa mendatang. Al-Qur’an suci menyebutkan dua pokok persoalan
tersebut, disebutkan terlebih dahulu ajaran-ajaran para nabi. Dua pokok
persoalan adalah: (1) mengenal Allah dan mendekat kepada-Nya (2) menegakkan
keadilan dalam masyarakat. Al-Qur’an suci adalah mukjizat abadi Nabi terakhir
SAW. KItab suci merupakan bukti kenabiannya. Dengan demikian, mukjizat Nabi
terakhir SAW, tak seperti mukjizat yang lain, abadi sifatnya, bukan dimaksudkan
hanya untuk sementara waktu. Keabadian Al-Qur’an suci juga sesuai dengan
keabadian pesannya yang tak akan pernah dicabut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar