Kondisi Ekonomi dan Buruh di
Amerika Serikat Pasca Perang Saudara
pada Abad 18 dan 19
Oleh: Reni Wulandari
Jurusan
Pendidikan Sejarah Reguler 2011, Universitas Negeri Jakarta
Abstrak
Paper
ini akan mendiskusikan tentang kondisi ekonomi dan buruh di Amerika pasca
perang saudara pada tahun 1880 dan 1910. Pada saat yang sama, perkembangan
teknologi yang memberikan sumbangan besar kepada produktivitas negara ini terus
berlanjut memangkas permintaan akan tenaga kerja terampil. Hal yang lebih
penting setelah terjadinya perang saudara adalah perubahan secara mendasar
dalam perubahan perekonomian orang Amerika. Serta kondisi para buruh di Amerika
yang tidak sesuai dengan jam kerja mereka, namun ada juga keum pekerja dari
wanita hingga anak-anak.
Pendahuluan
Diantara
perang dua besar, Perang Saudara dan Perang Dunia I-Amerika Serikat menjadi
dewasa. Dalam periode kurang dari 50 tahun, Amerika berubah dari republik
pedesaan menjadi sebuah negara perkotaan. Pertumbuhan dan pengaruh ekonomi ini
memunculkan juga masalah-masalah yang berkaitan dengannya. Khususnya kehidupan
atau kondisi pekerja industri pada abad ke-19 jauh dari mudah. Bahkan di waktu
yang baik pun upah tetap rendah jam kerja panjang, dan kondisi pekerjaan
berbahaya. Sedikit saja kemakmuran yang muncul karena pertumbuhan negara ini
yang bisa dirasakan para pekerja. Krisis ekonomi yang berkala melanda seluruh
negeri sehingga mengikis upah buruh industri dan membuat pengangguran semakin
tinggi.
Pada saat yang sama, perkembangan
teknologi yang memberikan sumbangan besar kepada produktivitas negara ini terus
berlanjut memangkas permintaan akan tenaga kerja terampil. Namun, tetap saja
jumlah buruh yang tidak mempunyai keahlian terus bertambah, hal ini terjadi
saat imigran dalam jumlah besaryang belum pernah terjadi sebelumnya, 18 juta
orang antara tahun 1880dan 1910, masuk ke Amerika untuk mencari pekerjaan sehingga terjadi perubahan secara
mendasar dalam perubahan perekonomian orang Amerika.[1]
Pembahasan
Perkembangan Ekonomi Amerika
Serikat Pasca Perang Saudara
Perang
Saudara Amerika tahun 1861 hingga 1865 telah menandai perubahan besar dalam
sejarah Amerika. Berakhirnya perang telah menyelesaikan permasalahan yang
penting mengenai perbudakan yang telah menjadi perdebatan selama
bertahun-tahun. Selain itu, hal yang lebih penting setelah terjadinya perang
saudara adalah perubahan secara mendasar dalam perubahan perekonomian orang-orang
Amerika, yaitu perubahan dari perekonomian pertanian ke bentuk perekonomian
industri. Hal ini menjadi tanda dimulainya era baru yakni era industri dan big
business yang ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan produksi permodalan
sebelum periode Perang Saudara.[2]
Tahun-tahun
sekitar 1870-an sampai 1880-an adalah masa penindasan politik yang reaksioner
di seantero Eropa . Ini merupakan hasil kondisi-kondisi eksternal yang pada
hakekatnya sama., dengan mendorong terciptanya konservatisme di tahun 1850-an.
Yang disebabkan oleh perkembangan kapitalisme yang luar biasa atas negara-negara
bangsa. Kesemuanya ini tidak hanya memberikan kepercayaan diri pada
penguasa-penguasa kapitalis, namun juga membuat takjub kaum buruh. Membuat kaum
buruh terkungkung dalam sistim kapitalis, di bawah negeri kapitalis dan idiologinya.
Sikap yang menghamba atau patuh terjadi pada buruh-buruh aristokrat dan
birokrat, yang juga mendapatkan jatah dari penghisapan kapitalis, yang
dilakukan oleh negeri-negeri yang lebih maju . Nampaknya sudah menjadi hukum
sejarah; bahwa dengan semakin mapannya kekuatan material kaum kapitalis,
semakin keras pula reaksi-reaksi yang ditimpakkan kapada kaum buruh. Hal ini
tercermin dalam pengalaman Amerika Serikat, dari tahun 1923 sampai dengan 1929,
dan dari tahun 1923-1929, dan tahun 1947 sampai dengan saat ini.[3]
Sebelum
terjadinya perang saudara mayoritas masyarakat Amerika berbasis ekonomi
pertanian. Unit-unit bisnis berskala kecil dan proses industrinya pun saat itu
terbilang kecil dan proses produksi industrinya pun saat itu terbilang kecil.
Pada dekade pasca perang, industri Amerika kemudian tumbuh pesat dibandingkan
negara-negara lain di dunia. Pada masa ini para pengusaha bersaing untuk
mendapatkan keuntungan di pasar yang berdampak pada meningkatnya produktifitas
pasar.
Kecenderungan
ke arah industrialisasi sudah terlihat pada tahun 1840-an, tetapi dengan adanya
perang saudara, proses produksi industrialisasi berada pada tempo yang cepat.
Pertumbuhan yang pesat pada bidang manufaktur terjadi anata 1850 hingga 1880.
Kebutuhan saat perang telah merangsang pertumbuhan pabrik-pabrik, mempercepat
proses ekonomi, bisnis, peleburan besi, energi uap dan listrik, perang juga
merangsang perkembangan sains dan penemuan-penemuan lainnya. Tahun 1900-an
produksi industri Amerika bahkan 7 kali lebih besar dibanding tahun sebelum
1865 dan peringkat pertama yang sebelumnya menempati posisi ke-4.[4] Perkembangan industri
yang pesat berpusat pada industri-industri berat seperti besi, baja serta
perkeretaapian dan kemudian merangsang pertumbuhan industri-industri lainnya.
Pembangunan
kereta api yang terdiri dari jalur, lokomotif dan jembatan membutuhkan
ketersediaan batu, besi, baja, dan kayu dalam jumlah yang besar sehingga
produksi benda-benda tersebut dalam jumlah yang besar. Hasil produksi besi
meningkat menajdi tiga kali lipat dari 1 juta ton 1865 menjadi 3 juta ton pada
tahun 1873. Dampaknya jumlah area perusahaan yang memprodusi besi Cambria
memiliki 40.000 hektar tanah, empat tungku pembakaran, dan memiliki 6.000
pekerja.[5] Produksi batu bara melonjak dari dibawah 17 juta ton di tahun
1861 menjadi mendekati 72 ton tahun 1880.[6]
Pada masa ini pertanian Amerika juga berkembang pesat, keberadaan mesin-mesin
idustri telah membantu mempermudah proses produksi sehingga membantu
meningkatkan jumlah hasil produksi pertanian. Pertanian Amerika kemudian menjadi
bagian dalam sistem industri yang modern dan berskala besar. Masa industri yang
baru telah dimulai oleh Amerika dan membawa pengaruh besar pada perubahan pola
hidup masyarakat Amerika.
Banyak para
ahli yang mengemukkan pendapat mengenai penyebab dari perkembangan ekonomi yang
begitu pesat di Amerika, meskipun berbeda-beda tetapi mereka secara umum
sependapat dengan beberapa faktor penyebab antara lain:
1.
Penemuan dan
perkembangan teknologi: Gelombang penemuan sesungguhnya yang terjadi sebelum
masa perang saudara yaitu sekitar tahun 1840-an saat wilayah utara mengalami
pertumbuhan ekonomi. Masa perang saudara kemudian merangsang perkembangan ilmu
pengetahuan dan mendorong berbagai penemuan-penemuan lain yang dapat menunjang
kepentingan perang. Gelombang penemuan penting telah meningkatkan kemampuan
produksi negara serta mempermudah dan mempercepat transportasi dan
telekomunikasi. Tahun 1846 mesin jahit ditemukan oleh Elias Howe, mesin ini
membantu mempersingkat waktu membuat pakaian dari 14 jam menajdi 1 jam.[7]
Tahun 1844 Samuel F.B Morse dengan menggunakan dana bantuan dari Kongres
sebesar 30.000 dollar untuk membangun kawat antara Baltimore dan Wanshington.[8] Ia kemudian menyempurnakan telegrafi listrik dan segera saja
tempat-tempat yang berjauhan di benua ini terhubung oleh jaringan tiang dan kawat. Tahun 1846-1947 New
York telah terhubung dengan Boston, Albany, dan Buffalo, dan ditahun berikutnya
dengan Cleveland, Toledo dan Chicago, dan pada tahun 1861 50.000 mil kawat
telegraph telah dioperasikan.[9] Pada tahun 1876,
Alexander Graham Bell memamerkan pesawat telepon dan dalam waktu cepat 16 juta
pesawat telepon telah mempermudah kehidupan ekonomi di Amerika.[10] Penggunaan listrik pada berbagai hal telah menggantikan
kereta dengan tenaga kuda, menggantikan generator dengan motor dan dengan
segera lampu-lampu menerangi jalan dan jauh lebih terang daripada lampu minyak.
2.
Sumber daya alam.
Kandungan alam Amerika dalam jumlah yang berlimpah seperti, batu bara, minyak,
besi, kayu, tembaga, perak dan emas, telah mendorong perkembangan perindustrian
Amerika. Perkembangan ekonomi yang menghasilkan mesin-mesin canggih membuat
kandungan alam yang dahulu sulit dijangkau menjadi lebih mudah dijangkau.
3.
Pembangunan kereta api.
Kehadiran kereta api membawa banyak perubahan dalam seluruh kehidupan Amerika
terutama pada bidang perekonomian. Antara tahun 1831 dan 1861, sekitar 30.000
mil jalur kereta api telah dibangun. Selama rentan waktu lima tahun antara
tahun 1868 sampai tahun 1873, jalur kereta api yang sudah ada sebelumnya
ditambah lagi sepanjang 28.000 mil. Pada tahun 1880, terdapat 93.000 mil jalur
di seluruh Amerika. Pembangunan besar-besaran sesudah Perang Saudara terlihat
didaerah Ohio dan IIIinois dimana masing-masing negara memiliki jalur kereta
api yang jumlahnya melebihi jumlah
keseluruhan jalur yang berada di New England. Pembangunan jalan kereta api
terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk
Amerika. Rata-rata pembangunan jalur kereta api di Amerika jika dihitung sejak
tahun 1880 mencapai 200 mil tiap tahunnya. Tahun 1900 terdapat 193.000 mil
jalur kereta api di Amerika, ini lebih dari pada jumlah jalur kereta api yang
ada di Eropa.[11] Jalur kereta Amerika telah mewakili 40 % dari total jumlah
jalur kereta api di dunia. Pembangunan kereta api sangat menunjang kemajuan
perekonomian di Amerika. Pembangunan kereta api sendiri sangat membantu
mempermudah pendistribusian barang-barang industri dengan cepat, karena
sebelumnya pendistribusian dilakukan dengan menggunakan kereta kuda yang sangat
memakan waktu. Barang-barang indusri yang didistribusikan dengan bantuan kereta
api antara lain: bahan-bahan tekstile dari New England, besi dan baja dari Pittsburgh,
domba dari lahan pertanian di Wyoming, dan batu bara dari IIIlionis dan Kansas.[12] Pembangunan kereta api juga mendorong permintaan yang besar
pada ketersediaan besi dan baja.
4.
Modal yang berlimpah.
Keuntungan besar yang dihasilkan dalam industri manufaktur dan transportasi
selama masa pertumbuhan perindustrian Amerika telah memikat para
investor-investor baru untuk menanamkan modal mereka. Selain itu pemilik modal
yang sebelumnya menanamkan modalnya pada bisnis perkapalan dan pelayaran,
menarik modal mereka dan memindahkan pada pembangunan pabrik-pabrik dan
pembangunan kereta api. Milyaran dollar modal datang dari luar negeri terutama dari Inggris.
5.
Persediaan tenaga
kerja. Perkembangan perindustrian yang umumnya dibangun dikota-kota besar telah
membawa daya tarik bagi penduduk desa datang ke kota untuk mencari pekerjaan.
Mereka berpindah daru satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya dari satu kota ke kota
lainnya dan membuka wilayah baru pemukiman. Gelombang kedatangan imigran ke
Amerika untuk bekerja semakin menambah jumlah kelompok pekerja yang menjadi
kebutuhan industri saat itu.
6.
Kebijakan pemerintah.
Konstitusi Amerika memberikan keuntungan sendiri bagi para industrialis karena
peraturan melarang untuk menetapkan pajak pada produk dalam negeri dan
menetapkan pajak tinggi kepada produk yang berasal dari luar negeri. Pajak yang
melindungi produk manufaktur dalam negeri dari produk luar negeri ini membuat perdagangan
domestik menjadi sangat besar dan membawa keuntungan besar bagi para
industrialis.
Kemajuan
teknologi pada transportasi dan industri serta peningkatan mekanisme dalam
seluruh proses produksi pada bidang industri maupun bidang pertanian telah membuka
jalan untuk produksi massal, meningkatkan produktifitas pekerja dan pencapaian
ekonomi dalam skala besar.Selain kemajuan sebab-sebab tersebut diatas juga
memegang andil pula para usahawan-usahawan besar pada masa itu, seperti Jay C
Gould, E. H. Harriman dan James J. Hill pemilik proyek pembangunan jalur kereta
api, Andrew Carnegie pemilik industri baja, John D. Rockfeller pengusaha
industri minyak, dan lain-lain. Para pelaku bisnis tersebut memiliki tujuan
yang jelas yait untuk meraih keuntungan dan untuk mencapai tujuannya tersebut,
mereka mampu memainkan dan mengeksploitasi pasar sedemikian rupa sehingga dapat
memberikan manfaat bagi mereka. Berbagai faktor inilah yang membuat
perekonomian Amerika mencapai pertumbuhan yang luar biasa pasca Perang Saudara.
Gambaran Kondisi
Buruh Di Amerika
Pasca Perang
Saudara, saat Amerika tumbuh menjadi negara industri besar, kebutuhan akan
ketersediaan tenaga kerja yang besar menjadi sangat penting. Kebutuhan akan
tenaga kerja dalam jumlah besar mengakibatkan dalam waktu singkat kota-kota
industri menjadi padat penduduk. Tenaga kerja yang datang ke kota industri
adalah kaum urban yang mayoritas merupakan kaum petani. Kebanyakan dari mereka
datang kekota karena tidak lagi mampu membeli mesin-mesin baru untuk pertaniannya
atau tidak mampu membayar mahalnya ongkos angkut hasil pertanian mereka saat
itu, sehingga mereka kalah saing dengan produk industri.
Kebutuhan
akan tenaga kerja juga terpenuhi oleh gelombang kedatangan para imigran ke
Amerika baik yang datang dengan kemapuan sendiri atau juga dengan datang
melalui agen pencari pekerja seperti American
Emigrant Company.[13] Mereka yang datang kebanyakan ingin mencari pekerjaan dan
kehidupan yang layak di Amerika. Tahun 1880, sejumlah 5 juta lebih imigran
datang ke Amerika.[14] Kebanyakan dari mereka berasal dari Inggris, Irlandia,
Jerman, Cina, Jepang, serta dari wilayah-wilayah di Eropa Selatan. Biasanya
mereka tinggal berkelompok sesuai dengan daaerah asal mereka dan membangun
kehidupan mereka sendiri yang kebanyakan hidup dalam kondisi seadanya.
Selain dari
kaum petani dan imigran, kebutuhan akan tenaga kerja juga tersedia dari kaum
wanita dan anak-anak. Para pekerja wanita biasanya terkonsentrasi pada
industri-industri yang sifatnya feminis seperti pada industri pengepakan
makanan, industri garmen, dan industri percetakan. Para pekerja wanita dan
anak-anak ini rela dibayar lebih murah daripada pekerja pria dewasa bahkan dengan
jumlah jam kerja yang lebih panjang. Persediaan tenaga kerja yang begitu besar
dari kaum petani, imigran, dan wanita telah menyebabkan ketersediaan jumlah
tenaga kerja yang berlebih, yang kemudian berakibat pada semakin rendahnya upah
bagi para pekerja.
Kondisi yang
dialami oleh kaum pekerja semakin sangat sulit. Mereka menjadi pihak yang lemah
dan tertindas terutama menyangkut upah yang mereka peroleh jumlahnya tidak
sebanding dengan jam kerja yang harus mereka lalui. Hari kerja biasanya dimulai
dari matahari terbit hingga terbenam, pada industri besi jam kerja diberlakukan
selama 12 jam sehari dan 6 jam pada hari Sabtu.[15] Mayoritas pekerja mendapatkan bayaran dari 9 dollar sampai
20 dollar setiap minggunya tergantung dari keahlian mereka, sedangkan bagi para
pekerja wanita yang tidak memiliki keahlian mereka digaji hanya 2 dollar tiap
minggu untuk 60 jam waktu kerja.[16] Selain itu, kondisi tempat kerja pada umumnya jauh dari
standard kesehatan dan kurangnya sarana kebersihan dan air bersih menyebabkan
munculnya wabah penyakit yang menghinggapi para pekerja.
Ketidakpedulian
pihak pengusaha kepada kaum pekerja didorong oleh kepentingan yang mereka
emban. Pengusaha memiliki kepentingan untuk memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya dengan menakan biaya yang sekecil-kecilnya. Pengusaha dituntut
untuk mampu bersaing di pasar bebas, konsekuensinya adalah perusahaan dituntut
untuk dapat menciptakan produk-produk yang berkualitas dengan harga yang murah
yang dibutuhkan oleh konsumen. Pengusaha juga dituntut oleh para pemegang saham
(stockholder) untuk mengembangkan usahanya, menginvestasikan kembali keuntungan
perusahaan dan mencari pasar baru sebagai wilayah pemasaran produk-produknya.
Demi menghadapi persaingan, untuk mempertahankan serta memperluas pasar dan
untuk melakuakn investasi baru maka pengusaha akan menekan biaya tenaga kerja
dalam hal ini upah yang rendah.
Kepentingan
pekerja sendiri yaitu mendapatkan upah yang besar dengan jam kerja yang pendek
dan dengan kondisi lingkungan kerja yang baik demi untuk mempertahankan
kelangsungan hidup mereka. Pemerintah pada satu pihak berkepentingan untuk
menjaga stabilitas politik dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi untuk
mempertahankan eksistensi dan pembangunan, dipihak lain juga harus melindungi
rakyatnya dari ketidakadilan. Pemerintah sendiri cenderung lebih memilih untuk
mengutamakan kepentingan stabilitas nasional dan pertumbuhan ekonomi daripada
kepentingan untuk melindungi pekerja. Dampakny adalah adanya Undang-undang yang
dibuat untuk melindungi pekerja, dan mengatur hubungan pekerja dengan pengusaha.
Melihat hal itu, untuk memperkuat posisi tawar menawar pekerja terhadap
pengusaha , para pemerja Amerika mulai menghimpun kekuatan dengan membentuk
serikat-serikat pekerja dengan tujuan untuk memperjuangkan hak-hak pekerja.
Perjuangan Kaum Buruh
Kehidupan
pekerja industri pada abad ke-19 jauh dari mudah. Bahkan diwaktu yang baik pun
upah tetap rendah jam kerja panjang, dan kondisi pekerjaan berbahaya. sedikit saja
kemakmuran yang muncul karena pertumbuhan negara ini yang bisa dirasakan para
pekerja. Situasi ini lebih buruk lagi bagi wanita dan anak-anak yang merupakan
tenaga kerja dengan persentase tinggi di beberapa industri tetapi sering
menerima upah yang jauh lebih kecil dari kaum pria. Krisis ekonmi yang melanda
seluruh negeri sehingga mengikis upah bruh industri dan membuat pengangguran
semakin tinggi.
Pada
saat yang sama, perkembangan teknolgi yang memberikan sumbangan besar kepada
produktivitas negara ini, terus berlanjut memangkas permintaan akan tenaga
kerja terampil. Namun, tetap saja jumlah buruh yang tidak mempunyai keahlian terus bertambah, hal ini terjadi saat imigran
dalam jumlah yang besra yang belum pernah terjadi sebelumnya, 18 juta orang antara
tahun 1880 dan 1910, masuk ke Amerika untuk mencari pekerjaan.
Sebelum
tahun 1874, ketika Massachusetts mengesahkan undang-undang pertama yang
membatasi jam kerja bagi para pekerja wanita dan anak-anak paling banyak 10 jam
sehari, tak ada peraturan perburuhan di Amerika. Pemerintah federal sendiri
baru aktif terlibat pada tahun 1930-an. Sebelum periode itu, bidang ini
diserahkan kepada negara bagian dan pejabat lokal. Celakanya, sedikit sekali
pejabat yang sudi akan mendengarkan para pekerja seperti halnya ketika mereka
mendengar industrialis yang makmur.
Kapitalisme
tanpa campur tangan pemerintah, yang mendominasi paruh kedua abad ke-19 dan
membantu penumpukan kemakmuran dan kekuasaan, didukung oleh pengadilan yang dari waktu ke waktu
mengeluarkan putusan yang berlawanan dengan meraka yang menetang sistem ini.
Dalam hal ini, mereka hanya mengikuti filosofi yang berlaku pada masa itu.
Seperti yang dikatakan oleh John D. Rockefeller, “tumbuhnya bisnis besar
adalaah persoalan siapa yang kuat menang.” “Darwinisme Sosial” ini begitu
namanya dikenal, mempunyai banyak pendukung yang beragumentasi bahwa setiap
usaha untuk mengatur bisnis sama saja dengan menghalangi evolusi alami pada
spesies.
Upaya
besar pertama untuk membentuk kelompok pekerja yang berbasis nasional ditandai
dengan munculnya The Nobel Order of the Knight of Labor (Orde Mulia Ksatria
Pekerja) di tahun 1869. Semula organisasi yang sering melakukan upacara ini
bersifat rahasia. Pendirinya adalah Philadelpia. Organisasi ini kemudian
terbuka untuk semua pekerja, termasuk kulit hitam, wanita, dan petani. The
Knight tumbuh lambat sampai mereka berhasil mengalahkan baron yang menguasai
kereta api, Jay Gould, dalam aksi mogok 1880. Dalam satu tahun anggota mereka
bertambah menjadi 500.000 pekerja.
Namun
pada akhirnya The Knight of Labor mengalami kemunduran dan tempatnya di
pergerakan buruh berangsur-angsur diambil oleh Federasi Buruh Amerika (American
Federation of Labor, AFL) yang dipimpin oleh mantan pengurus serikat cerutu,
Samuel Gompers. tidak membuka keanggotaan kepada semua buruh mereka memfokuskan
diri pada pekerjaan-pekerja yang terampil. Tujuan serikat pekerja ini “murni
dan sederhana” dan tidak berhubungan dengan politik: menaikkan upah, mengurangi
jam kerja, dan memperbaiki kondisi kerja. Dengan cara ini Gompers membantu
menggeser gerakan buruh menjauhi dari pandangan sosialis yang ditawarkan oleh
para pemimpin buruh sebelumnya.
Insiden
Haymarket Square terjadi 9 tahun kemudian. Ketika itu, seseorang melemparkan
bom ke sebuah pertemuan yang mendiskusikan pemogokan yang sedang berlangsung di
McCormick Harverster Company di Chicago. Kerusuhan yang terjadi setelah insiden
ini menewaskan 9 orang dan melukai 60 orang. Selanjutnya terjadi kerusuhan pada
tahun 1893 di pengecoran baja Carnegie di Homestead, Pennsylvania. Satu grup yang terdiri dari 300 detektif
Pinkreton yang disewa perusahaan untuk membubarkan pemogokan yang dilakukan
oleh Gabungan Asosiasi Pekerja Besi, Baja dan Timah, melakukan penembakan dan
10 orang tewas. Garda Nasional dikerahkan, pekerja yang tidak bergabung dengan
serikat dipekerjakan, dan pemogokan pun bubar. Serikat-serikat pekerja itu
tidak diperkenankan untuk bekerja lagi di pabrik itu sampai tahun1937.[17]
Kesimpulan
Diantara
perang dua besar, Perang Saudara dan Perang Dunia I-Amerika Serikat menjadi
dewasa. Dalam periode kurang dari 50 tahun, Amerika berubah dari republik
pedesaan menjadi sebuah negara perkotaan. Pertumbuhan dan pengaruh ekonomi ini
memunculkan juga masalah-masalah yang berkaitan dengannya. Khususnya kehidupan
atau kondisi pekerja industri pada abad ke-18 dan 19. Selain itu, hal yang
lebih penting setelah terjadinya perang saudara adalah perubahan yang mendasar
dalam perubahan perekonomian orang-orang Amerika, yaitu perubahan dari
perekonomian pertanian ke bentuk perekonomian industri.
Pada
masa ini pertanian Amerika juga berkembang pesat, keberadaan mesin-mesin
idustri telah membantu mempermudah proses produksi sehingga membantu
meningkatkan jumlah hasil produksi pertanian. Pertanian Amerika kemudian
menjadi bagian dalam sistem industri yang modern dalam skala besar. Berbagai
penemuan bidang teknolgi yang berkembang sangat pesat. Kebutuhan akan tenaga
kerja dalam jumlah besar mengakibatkan dalam waktu singkat kota-kota industri
menjadi padat penduduk. Tenaga kerja yang datang ke kota industri adalah kaum
urban yang mayoritas merupakan kaum petani. Kondisi yang dialami oleh kaum
pekerja buruh semakin sangat sulit. Mereka menjadi pihak yang lemah dan tertindas
terutama menyangkut upah yang mereka peroleh jumlahnya tidak sebanding dengan
jam kerja yang harus mereka lalui.
Daftar Pustaka
·
Howard
Cincota, ed., Garis Besar Sejarah Amerika Serikat, terj. Yusi A. Parancom
(Jakarta, 2004)
·
Issac Lippincott, Economic Development
of the United State (New York, 1933).
·
George Novack, (Terjemahan Indonesia:
Abdul Syukri),1999. Sejarah Internasional dan Internasional Kedua.
·
Donald A. Ritchie, Heritage of Freedom :
History of The United State (New York, 1985)
·
Bruce Levine, et. al, Who Built America?
Working People and the Nation’s Economy, Poltics, Culture, and Society. (New
York, 1992)
·
Harold Underwood Faulkner, American
Economic History (New York, 1938)
·
Louis M. Hacker and Benjamin B.
Kederick, The Making of Modern America: Building the Railroad (New York, 1949)
·
Foster Rhea Dulles, Labor in America
(New York, 1960)
·
Gary M. Walton and Hugh Rockoff, History
of American Economy (New York, 1994)
.
[1] Howard Cincota, ed., Garis Besar
Sejarah Amerika Serikat, terj. Yusi A. Parancom (Jakarta, 2004)
[2] Issac Lippincott, Economic
Development of the United State (New York, 1933), hlm,84.
[3] George Novack, (Terjemahan Indonesia: Abdul Syukri),1999. Sejarah
Internasional dan Internasional Kedua, Bab II
[4] Donald A. Ritchie, Heritage of
Freedom : History of The United State (New York, 1985), hlm 399.
[5] Bruce Levine, et. al, Who Built
America? Working People and the Nation’s Economy, Poltics, Culture, and Society.
(New York, 1992), hlm 523
[6]
Ibid
[7] Donald A. Ritchie, op. Cit, hlm
333.
[8] Harold Underwood Faulkner,
American Economic History (New York, 1938), hlm 351.
[9] Ibid.
[10] Howard Cincota, ed., Garis Besar
Sejarah Amerika Serikat, terj. Yusi A. Parancom (Jakarta, 2004), hlm 203.
[11] Louis M. Hacker and Benjamin B.
Kederick, The Making of Modern America: Building the Railroad (New York, 1949),
hlm 125.
[12]
Ibid.
[13] Sebuah agen yang dibentuk untuk
menyediakan tenaga kerja khususnya pekerja yang terampil yang berasal dari luar
Amerika seperti dari Inggris, Belgia, Prancis, Swedia dan negara-negara Eropa
lain untuk ditempatkan pada industri manufaktur, perusahaan perkeretaapiaan dan
bidang pekerjaan lainnya dengan menggunakan sistem kontrak. Sistem kontrak ini
dibentuk atas dukungan Kongres yang ditetapkan tahun 1864. Foster Rhea Dulles,
Labor in America (New York, 1960), hlm 97.
[14] Harold Underwood, Op. Cit, hlm
479.
[15] Gary M. Walton and Hugh Rockoff,
History of American Economy (New York, 1994), hlm 406 et seq.
[16]
Ibid
[17] Howard Cincota, op. Cit. hlm
233-236
Tidak ada komentar:
Posting Komentar