SUMBANGAN REVOLUSI ILMU PENGETAHUAN
TERHADAP PEMIKIRAN SEKULERISME DI EROPA
2.1
Revolusi Ilmu Pengetahuan Pasca Abad Pertengahan
Abad
pencerahan tidak dapat ditentukan secara tegas batas waktunya. Dalam arti
tertentu Abad Pencerahan telah dimulai sejak Zaman Renaissance, dengan
bangkitnya kembali minat terhadap naskah Yunani dan Latin, dengan sikap kritis
terhadap filsafat Kristen Abad Pertengahan dan rasa ingin tahu pada umumnya
pada dunia ini sebagai lawan dari dunia akhirat.
Revolusi Ilmu, seperti kebanyakan
revolusi pandangan manusia mengenai dunia, mempunyai akar yang dalam di masa
lampau. Newton mempunyai banyak pendahulu. Semangat kritis yang merupakan dasar
ilmu pertama kali dicetuskan oleh para filsuf Yunani kuno dan kemudian diwariskan
kepada murid mereka yaitu orang-orang Romawi.[1]
Sekularisme pertama kali muncul di
Eropa. Tapi mulai diperhitungkan keberadaannya secara politis bersamaan dengan
lahirnya revolusi Perancis tahun 1789 M. berkembang merata ke seluruh Eropa
pada abad ke-19 M. kemudian tersebar lebih luas lagi ke berbagai negara di
dunia, terutama dalam bidang politik dan pemerintahan, yang pada abad ke-20 M,
dibawa oleh penjajah dan missionaris Kristen.[2]
2.2
Revolusi yang melahirkan pemisahan antara gereja dan negara
Pada periode sekularisme
moderat, agama dianggap sebagai masalah individu yang tidak ada hubungannya
dengan negara, tetapi meskipun demikian, negara masih berkewajiban untuk
memelihara geraja, khususnya bidang upeti atau pajak. Dalam pengertian ini, dalam
pemisahan antara negara dan gereja, tidak dirampas agama Masehi sebagai agama
sekaligus dengan nilai-nilai yang dimilikinya, meskipun ada sebagian ajarannya
yang diingkari, dan menuntut penundukan ajaran-ajaran agama Masehi kepada akal,
prinsip-prinsip alam, dan perkembangannya. Penganut pendapat demikian dikenal
dengan penganut aliran “Deisme” yang
mengakui adanya Tuhan sebagai asal muasal alam, akan tetapi mengingkari adanya
mukjizat, wahyu dan menggolongkanTuhan kedalam “alam”; Tuhan menyerahkan alam
kepada nasibnya sendiri. Diantara para penganut
aliran ini terdapat:
-
Francois Voiltare (1694-1778), filsuf Perancis yang digolongkan sebagai
penganut agama alami.
- Lessing
(1729-1781) , filsuf Jerman yang berpendapat bahwa agama bukanlah terminal terakhir,
melainkan sebagai periode batu loncatan menuju kehidupan manusia. Agama
berstatus sebagai medan perkembangan. Tuhan bermaksud memberikan petunjuk
manusia kepada kebenara, sedang kebenaran abadai tidak ada, yang ada hanyalah
usaha menuju kepada kebenaran.
Filsuf-filsuf
lain yang termasuk dalam periode sekularisme moderat:
- John Locke (1632-1704), filsuf Inggris yang
berpendapat bahwa negara yang modern telah menghapuskan semua wasiat Gereja.
Karena memandang kepercayaan agama sebagai hasil pemikiran perorangan, dan
persaudaraan dalam agama sebagai hubungan bebas yang harus dipikul dan
dipertahankan selama tidak mengancam kebinasaan dan kehancuran undang-undang
negara.
- G.W. Leibniz (1646-1716), filsuf Jerman. Ia
sependapat dengan Locke, bahwa agama menjadi masalah perorangan yang hanya
berurusan dengan individu saja tanpa ada suatu hubungan dengan negara. Bahkan
dialah yang menganjurkan penghapusan sebagian ajaran agama Masehi yang tidak
sesuai dengan akal.
- Thomas Hobbes (1588-1679), filsuf Inggris
yang berpendapat bahwa negara itu merupakan “akad” atau kesepakatan dimana
negara berkewajiban menggiring manusia secara paksa ke dalam akad tersebut.
Karena itulah Hobbes menekankan pentingnya kewajiban negara. Ia menjadikan
negara sebagai sebagai sumber undang-undang, moral dan agama. Bahkan untuk
pemeliharaan kekuatan dan kewibawaan negara, dianjurkan agar negara berbuat
sesuai dengan apa yang disenangai atau dikehendakinya.
- David
Hume (171-1776), filsuf Inggris yang ateis. Ia mengingkari adanya roh yang
kekal, tetapi tetap menganggap agama sebagai kepercayaan, agama menurut
pandangannya bukanlah suatu ilmu tetapi hanya institusi belaka.
- J.J. Rousseau (1712-1778), filsuf Perancis
dan seorang humanis non materialis. Dalam buku Emil, Rousseau memfokuskan alam
sebagai faktor pemisah sebagaimana ia menjadikan agama dalam pendidikan
merupakan suatu hal yang bertentangan dengan alam. Menurut pendapatnya,
sebaiknya anak tidak boleh mengikuti golongan agamis, tetapi anak memilihi
sendiri berdasarkan atas akal murninya. Rousseau tidak menerima paham ateisme,
tetapi ia juga menolak bukti-bukti metafisis tentang adanya Tuhan yang
diajarkan ilmu ketuhanan Gereja.
Pokok
pemikiran yang mendorong adanya pemisahan antara Gereja dan negara, atau antara
agama dan negara, pada sekularisme periode pertama ini yaitu:
- Keutamaan untuk menciptakan kewibawaan
negara dengan kewibawaan yang mutlak, dalam rangka menghadapi kekuasaan Gereja,
beserta wasiat-wasiatnya yang telah diberikan kepada manusia sejak abad
pertengahan, sebagaimana pendapat Hobbes.
- Tuduhan terhadap agama Masehi dengan
ajaran-ajarannya yang jauh dari akal sehat – seperti kepercayaan tentang
Trinitas, kepercayaan tentang tabiat Tuhan dan manusia yang dimiliki Al-Masih; sebagaimana
pendapat Locke dan Leibniz, yaitu dalam usahanya membersihkan agama Masehi
berdasarkan logika akal sehat.
- Menurut
ilmu pendidikan, agama bertentangan dengan “alam”, seperti yang diutarakan
Rousseau berdasarkan ajaran-ajaran agama Masehi yang berupa dosa turunan.
- Anggapan bahwa agama itu suatu perkembangan,
bukan tujuan terakhir, dengan demikian kebenarannya adalah kebenaran yang dapat
berubah, sebagaimana pendapat Lessing.[3]
2.3
Munculnya paham sekulerisme
Istilah
secular berasal dari bahasa latin Saeculum yang memiliki dua
konotasi yaitu time dan location. Waktu menunjukan sekarang sedangkan tempat
dinisbahkan kepada dunia. Jadi saeculum berarti zaman ini atau masa kini, dan
zaman ini atau masa kini menunjukan peristiwa di dunia ini, dan itu juga berarti
peristiwa–peristiwa masa kini. Adapun sekularisasi dalam kamus ilmiah
adalah hal usaha yang merampas milik gereja atau penduniawian. Sedangkan
Sekularisme adalah sebuah gerakan yang menyeru kepada kehidupan duniawi tanpa
campur tangan agama.
Dalam
konteks Eropa, sekularisasi berarti privatisasi terhadap wilayah-wilayah gereja
hingga politik, seni, dan ekonomi. Sekulerisasi merupakan suatu perkembangan
manusia menuju kemajuan (modernisasi) dengan meniadakan unsure gnosis dalam
kemajuan yang diraih. Hal ini disebabkan karena tidak adanya campur tangan
tuhan atas kemajuan yang dicapai oleh manusia (deisme).
Bila kita melacak sejarah Eropa saat
revolusi ilmu pengetahuan, sekularisme muncul disebabkan pengungkungan gereja
dan tindakannya menyekat pintu pemikiran dan penemuan sains. Pihak gereja Eropa
telah menghukum ahli sains seperti Copernicus, Gradano, Galileo dll yang
mengutarakan penemuan saintifik yang berlawanan dengan ajaran gereja.
Kemunculan paham ini juga disebabkan tindakan pihak gereja yang mengadakan
upacara agama yang dianggap berlawanan dengan nilai pemikiran dan moral seperti
penjualan surat pengampunan dosa, yaitu seseorang boleh membeli surat
pengampunan dengan nilai wang yang tinggi dan mendapat jaminan syurga walaupun
berbuat kejahatan di dunia.
Munculnya sekularisme adalah
disebabkan dari bentuk kekecewaan (mosi tidak percaya) masyarakat Eropa kepada
agama kristen saat itu (abad 15). Di mana kristen beberapa abad lamanya
menenggelamkan dunia barat ke dalam periode yang kita kenal sebagai the dark
age. Padahal pada saat yang sama peradaban Islam saat itu sedang berada di
puncak kejayaannya. Sehingga ketika perang salib berakhir dengan kekalahan di
pihak Eropa, walau mereka mengalami kerugian di satu sisi, tetapi, sebenarnya
mereka mendapatkan sesuatu yang berharga, yaitu inspirasi pengetahuan. Karena
justru setelah mereka “bergesekan” dengan umat Islam di perang salib. Hal
tersebut ternyata menjadi kawah lahirnya renaissance beberapa abad setelahnya
di Eropa. Setelah mereka menerjemahkan buku-buku filsafat yunani berbahasa arab
dan karya-karya filosof Islam lainnya ke dalam bahasa latin. Pada saat Eropa
mengalami the dark age, kristen yang sudah melembaga saat itu menguasai semua
ranah kehidupan masyarakat Eropa. Politik, ekonomi, pendidikan dan semuanya
tanpa terkecuali yang dikenal denga istilah ecclesiastical jurisdiction (hukum
Gereja). Semua hal yang berasal dari luar kitab suci Injil dianggap salah.
Filsafat yang notabene sebagai al-umm dari ilmu pengetahuan dengan ruang
lingkupnya yang sangat luas, mereka sempitkan dan dikungkung hanya untuk
menguatkan keyakinan mereka tentang ketuhanan yang trinitas itu. Mereka
menggunakan filsafat hanya sekedar untuk menjadikan trinitas yang irasional
menjadi kelihatan rasional. Dengan demikian secara otomatis filsafat yang
seharusnya menjadi induk dari seluruh ilmu pengetahuan yang ada menjadi mandul
dan tidak berfungsi.
Ilmu pengetahuan yang menopang
majunya sebuah peradaban malah dimusuhi. Ketika ada penemuan baru yang dianggap
bertentangan dengan isi injil dianggap sebagai sebuah pelanggaran yang harus
ditebus dengan nyawa. Sebagaimana yaang dialami Copernicus yang menyatakan
teori heliosentrisnya yang notabene bertentangan dengan injil yang mengemukan
teori geosentris.
Berikut
adalah pokok-pokok ideologi sekulerisme :
1. Menolak sistem agama dalam semua
urusan dunia seperti politik, sosial, pendidikan dan sebagainya. Bagi mereka
agama hanyalah penghalang kepada kemajuan tamadun dan pembangunan sains dan
teknologi. Idea-idea agama bersifat kolot dan bertentangan dengan pemikiran
akal sehat mereka.
- Kehidupan berasaskan kepada rasional, ilmu dan sains. Manusia tidak boleh meletakkan doktrin atau kitab-kitab agama sebagai pegangan kerana ia akan membutakan kehidupan manusia. Manusia mestilah berpegang kepada kajian sains, eksperimen sehingga menemukan hal-hal yang baru.
2. Menganggap kewujudan sebenarnya
adalah melalui pancaindera bukan unsur-unsur rohaniah dan metafisik yang sukar
dikesan melalui kajian moden. Paham ini lebih mengutamakan material dan
membelakangi spiritual. Kehidupan selepas mati merupakan sesuatu yang
bertentangan dengan kajian sains modern dan eksperimen.
3. Nilai baik dan buruk ditentukan oleh
akal manusia bukannya teks agama. Bagi mereka nilai baik dan buruk adalah
relatif dan agama menyempitkan konsep nilai baik dan buruk. sehingga,
muncullah paham hedonisme yang mengajak manusia bebas melakukan apa saja demi
terciptanya kesenangan. Contohnya amalan seks bebas menurut Freud,
mempunyai unsur kebaikan pada suatu masa dan keadaan tertentu.
4. Menganggap alam ini terjadi melalui
fenomena sains dan kimia tertentu bukannya kuasa tuhan. Dari anggapan ini
muncullah berbagai teori tentang kejadian alam termasuk kekuatan unsur kimia
dan atom yang menyebabkan Big Bang sebagai asas kewujudan alam, seolah-olah
tuhan tidak terlibat dalam penciptaan alam ini. Sebahagian penganut paham ini
menolak tuhan manakala sebahagian yang lain mempercayai tuhan tetapi tuhan
tidak mencampuri urusan manusia di dunia. Manusia bebas menentukan kehendak dan
mengikut tindakan mereka.[4]
2.4 Sumbangan revolusi ilmu
pengetahuan terhadap pemikiran sekulerisme
Bagi mereka yang melakukan penolakan terhadap sistem agama
telah menyebabkan kemajuan sains dan teknologi yang pesat dengan munculnya
zaman Renaissance yaitu pertumbuhan perindustrian dan teknologi pesat di benua
Eropa.
George Sarton mengakui bahwa kayakinan yang dibutuhkan oleh
manusia adalah keyakinan yang religius. Menurutnya, kebutuhan ini merupakan
satu di antara tiga serangkai yang dibutuhkan oleh manusia: seni, agama dan
ilmu pengetahuan. Katanya,
“Seni mengungkapkan keindahan. Seni adalah kenikmatan hidup.
Agama berarti kasih sayang. Agama adalah musik kehidupan. Ilmu pengetahuan
berarti kebenaran dan akal. Ilmu pengetahuan adalah had nurani umat manusia.
Kita membutuhkan ketiganya: seni, agama dan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
mutlak diperlukan, meskipun tidak pernah memadai.” (George Sarton, Six Wings:
Men of Science in the Renaissance, hal. 218. London, 1958)
[1] Abad Besar Manusia :
Sejarah Kebudayaan Dunia Seri : Abad Kemajuan oleh S.C Burchell dan Pustaka
Time Life Tira Pustaka Jakarta
[2] Lembaga Pengakajian dan
Penelitian WAMI, Gerakan Keagamaan dan Pemikiran (Akar Ideologis dan
Penyebarannya), Jakarta:Al-Ishlahy Press, cet.I, 1995, h.286
[3] http://budieagung.wordpress.com/2011/10/23/pemikiran-filsafat-sekularisme/
diakses pada taanggal 1 November 2013
[4] http://zakiracut.wordpress.com/2011/12/23/sekularisme-dalam-catatan-sejarah/
diakses pada tanggal 03 November 2013
Daftar Rujukan
Ø Lembaga Pengkajian dan Penelitian
WAMI, 1995, Gerakan Keagamaan dan Pemikiran, diterjemahkan oleh: A. Najiyulloh,
Al-Ishlahy Press, Jakarta.
Ø budieagung.wordpress.com/2011/10/23/pemikiran-filsafat-sekularisme/
wah keren sekali yah
BalasHapusElever Media Indonesia