Sabtu, 01 Juni 2013

Kebijakan Mendikbud Terkait Penyusunan Buku Menuai Kritik



Metrotvnews.com, Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan penyiapan buku merupakan salah satu prioritas demi suksesnya kurikulum 2013. Ia optimistis penyusunan buku dapat tuntas pada akhir bulan Februari. 

"Tim penyusun buku sudah disiapkan dan mulai bekerja bersamaan dengan saat dimulainya penyusunan kurikulum. Sebab untuk menulis buku tidak harus menunggu kurikulumnya selesai," ujar Nuh di Jakarta, Sabtu (16/2).

Ia mengatakan pelatihan guru yang juga menjadi faktor suksesnya implementasi kurikulum 2013 akan dimulai setelah penyusunan buku dimulai. 

Menurut Direktur Politeknik Media Kreatif Jakarta Bambang Wasito Adi, sewajarnya buku disusun saat kurikulum yang menjadi landasan sudah terbentuk dan tak ada masukan lagi.  Namun yang terjadi saat ini, ujarnya, pemerintah menulis buku guru dan siswa padahal status kurikulum baru masih belum jelas.

"Kurikulum 2013 ini masih banyak masukan dan rekomendasi. Pasti ada saja perubahan. Seharusnya jangan menyusun buku selama kurikulumnya belum ada," kata Bambang saat Rapat Dengar Pendapat dengan Panja Kurikulum 2013 di Ruang Rapat Komisi X DPR beberapa waktu lalu.

Bambang mengkhawatirkan akan banyak kekurangan pada buku ajar kurikulum baru nanti. Selain waktu pembuatannya yang relatif singkat, struktur kurikulum yang berubah secara dinamis ini membuat isi buku harus menyesuaikan dengan kondisi tersebut.

"Pengadaan buku yang terlalu cepat dikhawatirkan hanya menghasilkan buku yang mutunya sulit
dipertanggungjawabkan". (Ant/Nav)


            Hasil Analisa saya

            Kebijakan yang terkait dalam penyusunan buku, masih banyak kekurangan terutama bagi kesiapan guru dalam membuat silabus. Karena dalam pembuatan buku ajar kurikulum baru yang relatif singkat akan menghasilkan mutu yang kurang dipertanggungjaawabkan. Dalam penyusunan buku ajar, seharusnya dalam proses pembuatannya harus dipikirkan secara matang karena akan menetukan prioritas utama peserta didik dalam pembelajaran. Dengan perubahan struktur kurikulum secara dinamis ini membuat isi buku ikut menyesuaikannya. Seharusnya kurikulum harus terlebih dahulu diselesaikan, sebelum menyusun buku ajar. Sehingga tidak terjadi kesalahan dalam proses pembuatan buku ajar, di beberapa negara proses pembuatan kurikulum memakan waktu delapan bulan.
            Kenyataannya kurikulum masih dibahas, tetapi buku ajar sudah mulai dikerjakan bahkan sudah hamper kelar. Seperti contoh pada buku bahan ajar Jepang, paling mengesankan adalah gambar/ilustrasi lebih banyak daripada tulisan. Sehingga dapat dikatakan bahwa buku ajar sains Jepang berbasis gambar. Adapun buku ajar di Indonesia didominasi oleh tulisan. Guru juga harus mampu dalam menyusun buku ajar kepada peserta didik, selebihnya berikan kesepatan pada guru untuk menerjemahkan materi ajar dalam kurikulum yang sesuai dengan dinamika keilmuaan dan nilai-nilai kearifan secara kontekstual.
           



Tidak ada komentar:

Posting Komentar