Rabu, 20 February 2013 | 19:09 WIB
Metrotvnews.com, Jakarta: Wakil Ketua Komisi X DPR
Utut Adianto mengatakan efektivitas penerapan Kurikulum 2013 lebih kepada
kesiapan guru dan sekolah. Ini terkait anggaran untuk Kurikulum 2013 yang
membengkak dari Rp584 miliar menjadi Rp1,457 triliun.
"Perihal efektif tidaknya, lebih kepada
kesiapan guru, buku pegangan guru maupun siswa," kata Utut Adianto saat
dihubungi metrotvnews.com, Rabu (20/2).
Anggaran yang tercantum dalam dokumen Pengembangan
Kurikulum 2013 yang diajukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kepada
Komisi X bidang pendidikan itu belum final.
Dalam dokumen tersebut tercantum anggaran terbesar
untuk pengadaan buku yang mencapai Rp1,035 triliun. Selebihnya untuk pelatihan
guru. "Ini yang sedang kita minta secara tertulis di Komisi X (Panitia
Kerja Kurikulum) ," kata Utut.
Rencananya, Komisi X akan menggelar Rapat Dengar
Pendapat (RDP) lagi dengan Wakil Mendikbud. Selanjutnya, Rapat Internal Panja
Kurikulum DPR disusul Rapat Komisi dan Rapat Kerja dengan Mendikbud untuk
rekomendasi. (Timi TD/Agt)
Hasil
Analisa saya
Pada
kurikulum
2013 justru kurang fokus karena menggabungkan mata pelajaran IPA dengan Bahasa
Indonesia di sekolah dasar. Ini terlalu ideal karena tidak mempertimbangkan
kemampuan guru serta tidak dilakukan uji coba dulu di sejumlah sekolah sebelum
diterapkan. Kebijakan pemerintah untuk mengimplementasikan kurikulum berbasis
observasi integratif itu dinilai mengabaikan kesiapan guru. Belum banyak guru
yang tahu bagaimana konsep Kurikulum 2013. Pemerintah tidak mempertimbangkan
kondisi heterogen guru terutama guru di pedalaman, mereka tidak mudah untuk
beradaptasi dengan hal – hal yang baru apalagi dalam waktu yang singkat.
Dalam soal anggaran untuk pembuatan
kurikulum saja memakan triliun rupiah, perihal efektif tidaknya terhadap
kesiapan guru pada buku ajar guru maupun siswa. Sebaiknya pemerintah melakukan
riset terlebih dahulu mengenai kesiapan guru-guru dan sekolah yang belum
menerapkan kebijakan kurikulum baru agar apa yang telah direncanakan sebelumnya
tidak menjadi hal yang sia-sia. Mengubah kurikulum tidak mudah seperti
membalikkan telapak tangan, butuh waktu yang tidak singkat. jika dipaksakan,
nantinya siswa yang akan jadi korban.
Kesiapan guru, yang untuk
sosialisasi dan pelatihan yang maksimal mustahil bisa dilakukan dalam waktu
enam bulan meski pemerintah menggunakan sistem pelatihan berantai.
Pemerintah menyepelekan persoalan,
sebuah kurikulum itu butuh waktu untuk disosialisasikan. Guru-guru harusnya
dilatih benar-benar mengenai pemahaman isi kurikulum seperti apa, tujuannya
apa, dan waktu enam bulan itu bisa dapat apa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar